PBB: 4,9 Juta Anak di Dunia Meninggal Sebelum Ulang Tahun Kelima

Al-Qadri Ramadhan
Angka kematian anak di dunia dapat terus ditekan dengan menyediakan pelayanan kesehatan yang berbiaya rendah, berkualitas dan efektif. (Foto: Ilustrasi/X/@kpp_pa)
Angka kematian anak di dunia dapat terus ditekan dengan menyediakan pelayanan kesehatan yang berbiaya rendah, berkualitas dan efektif. (Foto: Ilustrasi/X/@kpp_pa)

NEWYORK, Quarta.id- Kelompok Antar-lembaga PBB untuk Estimasi Kematian Anak (UN IGME) merilis perkiraan terbaru tentang kematian anak secara global.

Jumlah anak-anak yang meninggal sebelum ulang tahun kelima telah mencapai titik terendah dalam sejarah yakni turun menjadi 4,9 juta pada 2022.

Meskipun ada kemajuan, namun diperkirakan balita yang meninggal di seluruh dunia rata-rata mencapai 1 kematian setiap 6 detik.

BACA JUGA: Hari Gizi Nasional dan Ancaman Obesitas pada Anak Indonesia

Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell mengatakan, di balik angka-angka tersebut terdapat kisah tentang bidan dan tenaga kesehatan terampil yang membantu para ibu melahirkan bayinya dengan aman.

Juga ada petugas kesehatan yang melakukan vaksinasi dan melindungi anak-anak dari penyakit mematikan, dan petugas kesehatan masyarakat yang melakukan kunjungan rumah untuk mendukung keluarga guna memastikan dukungan kesehatan dan gizi yang tepat bagi anak-anak mereka.

BACA JUGA: Prabowo-Ganjar Debat Panas soal Pencegahan Stunting, Ini Respons Pakar Gizi dan Pangan IPB

“Melalui komitmen individu, komunitas, dan negara selama puluhan tahun untuk menjangkau anak-anak dengan layanan kesehatan berbiaya rendah, berkualitas, dan efektif, kami telah menunjukkan bahwa kami memiliki pengetahuan dan alat untuk menyelamatkan nyawa,” ujarnya melalui rilis yang diunggah di laman who.int, Rabu (14/3/2024).

Laporan tersebut mengungkapkan bahwa saat ini terdapat lebih banyak anak yang bertahan hidup dibandingkan sebelumnya, dengan angka kematian balita global yang menurun sebesar 51% sejak 2000.

BACA JUGA: Ganjar Kritik Program Prabowo Beri Makan Gratis untuk Cegah Stunting: Bapak Terlambat!

Beberapa negara berpendapatan rendah dan menengah ke bawah telah melampaui penurunan ini, sehingga menunjukkan bahwa kemajuan dapat dicapai ketika sumber daya dialokasikan secara memadai untuk layanan kesehatan primer, termasuk kesehatan dan kesejahteraan anak.

Misalnya, temuan menunjukkan bahwa Kamboja, Malawi, Mongolia, dan Rwanda telah mengurangi angka kematian balita sebanyak lebih dari 75% sejak 2000.

Namun temuan ini juga menunjukkan bahwa meskipun ada kemajuan, masih ada jalan panjang untuk mengakhiri semua kematian anak dan remaja yang dapat dicegah.

BACA JUGA: Harga Beras Melambung, Ahli Gizi Unair Sarankan Konsumsi Karbohidrat Alternatif

Selain hilangnya 4,9 juta nyawa sebelum usia 5 tahun – hampir setengahnya adalah bayi baru lahir – 2,1 juta anak-anak dan remaja berusia 5-24 tahun juga kehilangan nyawa.

Sebagian besar kematian ini terkonsentrasi di Afrika Sub-Sahara dan Asia Selatan.

Hilangnya nyawa secara tragis ini terutama disebabkan oleh sebab-sebab yang dapat dicegah atau diobati, seperti kelahiran prematur, komplikasi saat melahirkan, pneumonia, diare, dan malaria.

BACA JUGA: Peringati Hari Kanker Anak Sedunia, KAI Ajak Anak Pejuang Kanker Bertualang Mengenal Kereta Api

Laporan tersebut menyatakan, banyak nyawa bisa diselamatkan dengan akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan primer berkualitas tinggi, termasuk intervensi penting dan berbiaya rendah, seperti vaksinasi, ketersediaan tenaga kesehatan terampil saat melahirkan.

Juga dukungan untuk pemberian ASI dini dan lanjutan, serta diagnosis dan pengobatan pada masa kanak-kanak. penyakit.

BACA JUGA: Ini Tanda-tanda Awal Perundungan di Sekolah, Guru Wajib Kenali

“Meskipun ada kemajuan yang menggembirakan, setiap tahun jutaan keluarga masih mengalami kesedihan yang mendalam karena kehilangan anak, yang seringkali terjadi pada hari-hari pertama setelah kelahiran,” kata Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.

“Tempat kelahiran seorang anak tidak seharusnya menentukan apakah ia hidup atau mati. Penting untuk meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan berkualitas bagi setiap perempuan dan anak, termasuk pada masa darurat dan di daerah terpencil,” lanjutnya.



Ikuti Kami :
Posted in

BERITA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *