Hari Gizi Nasional dan Ancaman Obesitas pada Anak Indonesia

Ahmad Riyadi
Ilustrasi obesitas pada anak. (Grafis: yankes.kemenkes.go.id)
Ilustrasi obesitas pada anak. (Grafis: yankes.kemenkes.go.id)

JAKARTA, Quarta.id- 28 Februari setiap tahunnya, diperingati sebagai Hari Gizi Nasional. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyebutkan tiga persoalan krusial terkait gizi yang tengah dihadapi Indonesia saat ini.

Tiga problem tersebut adalah stunting, kelebihan gizi dan juga anemia pada remaja. Artinya, Indonesia mengalami double burden of malnutrition.

Disatu satu sisi mempunyai masalah kekurangan gizi (malnutrisi) dan stunting, namun disisi lain menghadapi ancaman kelebihan gizi yang berujung pada meningkatnya angka obesitas pada anak.

BACA JUGA: Februari dan Agustus Ditetapkan Sebagai Bulan Pemberian Vitamin A, Kenali Manfaatnya Untuk Buah Hati!

Data Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, seperti ditulis pada laman kemenkopmk.go.id menyebut, obesitas anak usia 5-19 tahun meningkat 10 kali lipat dalam 4 dekade di Indonesia yaitu tahun 1975 ke tahun 2016.

Sumber yang sama menyampaikan data data SSGI 2022 dimana obesitas pada anak usia 5-12 yaitu 10,8% gemuk dan 9,2% obesitas, artinya 1 dari 5 anak usia 5-12 tahun gemuk atau obesitas karena kurang aktifitas fisik: 64,4%. Terdapat 16 % anak usia 13-15 tahun gemuk dan obesitas sementara pada usia 16-18 tahun: 13,5% karena kurang aktifitas fisik 49,6%

“Obesitas termasuk salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian pemerintah saat ini. Pemerintah menargetkan angka stunting dan angka obesitas kita dapat turunkan hingga 3% pada tahun 2030,” tulis laman tersebut pada Juli 2023 lalu.

BACA JUGA: 3 dari 10 Remaja Indonesia Alami Anemia, Kenali Bahaya dan Pencegahannya!

Penyebab obesitas diantaranya karena pola makan anak, seperti kecukupan protein kurang, banyak konsumsi makanan manis, makanan instan dan makanan siap saji (khususnya di perkotaan)

Bahaya Obesitas pada Anak

Sebagian dari anak-anak di usia tersebut merupakan anak yang di masa balitanya merupakan anak stunting (terlalu pendek menurut usianya) sehingga mereka rentan menjadi obesitas.

“Bahaya dari obesitas adalah kerentanan terhadap penyakit jantung, stroke, diabetes dan penyakit tidak menular lainnya,” ucap Ahli Gizi Masyarakat pada Dr. dr. Than Sot Yen pada laman yang sama.

BACA JUGA: Hati-hati Bunda, Ini Penyebab Makin Banyak Anak Terkena Diabetes!

dr. Than Sot Yen  menambahkan, perlu juga dipertimbangkan psikologis anak dengan kondisi kegemukan yang menyebabkan mereka sulit beraktifitas, sesak, dan dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri pada anak.

“Dan perlu kita ketahui bersama bahwa peningkatan penyakit tidak menular akan membebani keuangan keluarga dan juga beban fasilitas kesehatan dan negara,” ucapnya.

Website yankes.kemenkes.go.id juga menjelaskan dampak kesehatan yang berkaitan dengan obesitas pada masa kanak-kanak, diantaranya tingkat kebugaran yang lebih rendah.

BACA JUGA: Anak Yang Berjalan Kaki ke Sekolah Lebih Gampang Sukses di Masa Depan, Ini Studinya!

Obesitas juga bisa memicu diskriminasi sosial seperti bullying, viktimisasi, dan pengucilan yang bisa mengakibatkan harga diri yang rendah, kualitas hidup yang lebih rendah, dan prestasi akademik yang lebih rendah pula.

“Penyakit lain yang dijumpai pada anak-anak adalah hiperkolesterolemia, hipertensi dan diabetes mellitus tipe 2, yang dulunya juga didominasi oleh orang dewasa dan tua,” tulis sumber resmi Kemenkes RI itu.

Kementerian Kesehatan kemudian memberikan beberapa pendekatan untuk mewujudkan anak tumbuh dengan berat badan yang lebih sesuai dengan usianya.

BACA JUGA: Forum Guru Besar (FGB) ITB Rekomendasikan Pembenahan Bidang Kesehatan kepada Capres

Upaya dimaksud seperti menurunkan asupan energi dengan memilih makanan yang mengenyangkan, makan secara teratur, mengurangi kudapan/minuman berkalori kosong dan mengikut sertakan anak dalam memilih dan menyiapkan makanan.

Berikutnya meningkatkan keluaran energi dengan memperbanyak gerak badan dan mengurangi aktivitas bersantai serta melibatkan keluarga dalam berkegiatan.

Kebijakan Startegis Pemerintah Menurunkan Angka Obesitas

Ditulis pada laman kemenkopmk.go.id, pemerintah Indonesia terus melakukan berbagai upaya yang bersifat strategis untuk pencegahan obesitas pada anak, diantaranya Inpres No. 1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).

BACA JUGA: Program Kerja Capres Bidang Kesehatan Perlu Selaras dengan Agenda Utama WHO 2024

Germas bertujuan mendorong semua komponen bangsa untuk membudayakan gerakan masyarakat hidup sehat, seperti  melakukan aktifitas fisik minimal 30 menit setiap hari, .membudayakan  makan buah dan sayur tiap hari, edukasi hidup sehat

Upaya pengaturan kandungan pangan melalui Peraturan Menteri tentang kandungan  gula garam lemak pada produk pangan olahan dan produk pangan siap saji dan pengawasan produk industri makanan yang beredar di masyarakat.

“Pemerintah juga terus mengkampanyekan program gizi seimbang yang bertajuk ‘Isi Piringku.’,” ungkap Jelsi Natalia Marampa selaku Asisten Deputi Ketahanan Gizi dan Promosi Kesehatan Kemenko PMK pada lama resmi kementerian tersebut tahun 2023 lalu.  

BACA JUGA: Yuk, Kenal Lebih Dekat dengan Dietisien! Profesi Bidang Gizi yang Jadi Peluang untuk Gen Z

melalui program ‘Isi Piringku’ ini, masyarakat diharapkan lebih memperhatikan kualitas dan komposisi makanan yang dikonsumsi dan menggeser paradigma ‘4 Sehat 5 Sempurna’ yang sudah tidak relevan lagi saat ini.

Pencegahan bahaya obesitas dini pada anak melalui cemilan sehat, juga dilakukan melalui  Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, Sadar Pangan Aman atau yang disingkat Germas SAPA.

Selanjutnya Jelsi menyebut, obesitas bisa dicegah dengan partisipasi dan pemberdayaan dari masyarakat itu sendiri.

“Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap individu dan didukung oleh kebijakan dari pemerintah, ” tutup Jelsi.

Ikuti Kami :
Posted in

BERITA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *