Prabowo-Ganjar Debat Panas soal Pencegahan Stunting, Ini Respons Pakar Gizi dan Pangan IPB

Al-Qadri Ramadhan
Kementerian Kesehatan melakukan sosialisasi pencegahan stunting melalui poster saat peringatan Hari Gizi Nasional ke-64 pada 25 Januari 2024. (Foto: @KemenkesRI)
Kementerian Kesehatan melakukan sosialisasi pencegahan stunting melalui poster saat peringatan Hari Gizi Nasional ke-64 pada 25 Januari 2024. (Foto: @KemenkesRI)

JAKARTA, Quarta.id– Guru Besar Pangan dan Gizi  Institut Pertanian Bogor (IPB) Ali Khomsan merespons perdebatan calon presiden (capres) tentang program makan siang gratis untuk mencegah stunting.

Topik tersebut telah memicu perdebatan panas antara Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo pada Debat Capres Kelima yang digelar Minggu (4/4/2024) malam di Jakarta Covention Center (JCC), Senayan, Jakarta.

BACA JUGA: Ganjar Kritik Prabowo Kasih Makan Siang Gratis untuk Cegah Stunting: Bapak Terlambat!

Program makan siang dan minum susu gratis ini jadi andalan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Prabowo awalnya bertanya ke Ganjar apakah setuju atau tidak dengan program tersebut. Ganjar dengan tegas menjawab tidak setuju.

BACA JUGA: Ganjar dan Anies Kompak Goreng Isu Bansos Saat Debat, Menyindir Jokowi?

Alasannya, pencegahan stunting dengan cara memberi anak makanan bergizi langkah yang terlambat. Menurutnya, mencegah stunting harus dilakukan dengan memberi gizi yang baik pada ibu hamil.

“Kalau Bapak kasih gizi kepada ibu hamil baru setuju saya Pak,” ujarnya.

BACA JUGA: Anies, Prabowo, atau Ganjar yang Bakal Kuasai Panggung Debat Terakhir? Ini Analisis Pengamat

Menanggapi topik tersebut, Ali Khomsan mengatakan, pendekatan hulu dalam mengatasi stunting adalah dengan memperbaiki gizi di kala remaja. Remaja disebut banyak yang mengalami anemia.

“Oleh karena itu pemberian makan siang pada siswa dan pemberian tablet besi adalah untuk penyiapan sumber daya manusia yang tidak bermasalah saat mereka berkeluarga dan hamil. Ini merupakan pencegahan stunting secara tidak langsung,” ujarnya kepada Quarta.id, Senin (5/2/2024).

BACA JUGA: IPB Ikut Kritik Jokowi: Pemimpin Nasional Harus Junjung Etika dan Moral

Dia menjelaskan, intervensi stunting harus melalui beragam entry point, misalnya saat remaja, ibu hamil, dan saat anak balita. Menurutnya, aspek pencegahan juga dibarengi aspek penanganan bagi balita yang terlanjur stunting.

Dijelaskan pula, ada perbedaan dalam menentukan anak yang mengalami stunting atau anak yang kurang gizi atau gizi buruk.  

BACA JUGA: Jokowi Disebut Akan Pacu Semua Potensi untuk Menangkan Prabowo-Gibran Satu Putaran

Menurutnya, gizi buruk dan gizi kurang ukurannya adalah berat badan menurut umur. Sedangkan stunting ukurannya tinggi badan menurut umur.

“Penelitian saya pada 2023 membuktikan bahwa banyak anak stunting yang juga mengalami gizi kurang. Ini indikasi bahwa stunting yang memang awalnya dimulai dari gizi kurang akan menyebabkan anak menderita dua masalah gizi sekaligus, yakni gizi kurang plus stunting,” paparnya.

BACA JUGA: Putusan DKPP: Ketua KPU Langgar Kode Etik Terima Pendaftaran Gibran sebagai Cawapres

Lantas, apakah pemberian makanan bergizi pada anak yang lahir dalam kondisi stunting masih bisa berpengaruh pada perbaikan kondisinya?

Ali mengatakan, stunting dan gizi kurang bisa diperbaiki dengan pemberian makan yang penuh gizi dengan mengandalkan pangan hewani karena anak-anak bertumbuh hingga usia 18 tahun.

BACA JUGA: Debat Capres Diprediksi Panas, Hasilnya Bakal Jadi Penentu Pilpres Satu atau Dua Putaran

“Namun bila saat balita ia stunting mungkin pertumbuhan tidak akan sebaik anak normal yang tidak pernah stunting. Itulah sebabnya intervensi gizi kurang ataupun stunting harus based on pemberian makanan tambahan,” tandasnya.

Ikuti Kami :
Posted in

BERITA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *