Lebih 3,5 Juta Orang War Tiket Kampanye Akbar AMIN di JIS, Fenomena Apa?

Bakti M. Munir
Kampanye akbar terakhir pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) akan digelar di Jakarta International Stadium (JIS), Sabtu (10/2/2024). (Foto: @aniesbaswedan, @cakimiNOW, Jakpro.co.id)
Kampanye akbar terakhir pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) akan digelar di Jakarta International Stadium (JIS), Sabtu (10/2/2024). (Foto: @aniesbaswedan, @cakimiNOW, Jakpro.co.id)

JAKARTA, Quarta.id- Kampanye akbar terakhir pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) di Jakarta International Stadium (JIS), Sabtu (10/2/2024), diperkirakan dihadiri massa dalam jumlah besar.

Akankah kampanye AMIN ini akan menyaingi rekor jumlah peserta pada Aksi 212 di Monas, Jakarta, pada Desember 2016?

BACA JUGA: Mahfud Ungkap Gerakan Tandingan yang Meminta Para Rektor Puji Keberhasilan Jokowi

Aksi 212 hingga kini disebut-sebut sebagai pengumpulan massa dengan jumlah peserta terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah Indonesia.

Gambaran bakal membeludaknya massa peserta kampanye akbar AMIN terlihat pada pemesanan tiket gratis yang dibuka pada Rabu (7/2/2024).

Jumlah akses pemesanan tiket online dilaporkan lebih dari 3,5 juta kali hanya beberapa menit setelah dibuka pada pukul 11.11 WIB.

BACA JUGA: Jokowi Klarifikasi soal Presiden Boleh Berpihak: Jangan Ditarik ke Mana-mana

Pihak penyedia layanan tiket, Goers, menyebut, jumlah akses tersebut mengalahkan war tiket konser band Coldplay saat hendak manggung di Jakarta beberapa waktu lalu.

Padahal, kapasitas JIS hanya untuk 82.000 orang. Ditambah kapasitas lapangan JIS yang diperkirakan bisa menampung 10.000 orang peserta kampanye, maka total massa yang bisa hadir di stadion megah di Jakarta Utara tersebut mencapai 92.000 orang.

Kesamaan Identitas

Mengapa sebuah kampanye politik begitu diminati orang sampai rela melakukan war tiket dan antre berjam-jam?

Kampanye politik di Indonesia hingga saat ini masih sangat identik dengan pengerahan massa dengan iming-iming uang. Maka yang hadir pun umumnya mengenakan kaos seragam pemberian dari pihak panitia yang mengundang.

BACA JUGA: Beda Pandangan Yusril dan Jimly soal Presiden Boleh Kampanye-Memihak

Namun, mengapa kali ini justru orang ingin keluar uang sendiri hanya untuk sekadar datang ke stadion mendengarkan orasi pasangan calon presiden dan calon wakil presiden?

“Mereka didorong kesamaan identitas, kesamaan perasaan dan pikiran, yakni sama-sama mengalami tekanan. Dari sana timbul solidaritas, mereka lalu ingin show of force, berkumpul di sebuah tempat yang sama,” ujar pengamat komunikasi politik dari Universitas Airlangga Suko Widodo kepada Quarta.id, Kamis (8/2/2024).

BACA JUGA: IPB Ikut Kritik Jokowi: Pemimpin Nasional Harus Junjung Etika dan Moral

Acara akbar pada Sabtu (10/2/2024) nanti menjadi puncak dari seluruh rangkaian kampanye tiga pasangan calon di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Setelah itu, tahapan pilpres memasuki tiga hari masa tenang sebelum pencoblosan digelar pada Rabu, 14 Februari.

Selain pasangan AMIN yang bernomor urut 1 berkampanye akbar terakhir di JIS, pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka juga berkampanye akbar di Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, dan pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Semarang, Jawa Tengah.

Desak Anies dan Kultur Baru Politik

Mengapa pendukung Anies begitu antusias ikut acara bertajuk “Kumpul Akbar Ber1 Berani Berubah” tersebut?

Setidaknya ada dua fakta selama masa kampanye yang mendorong fenomena ini terjadi.

BACA JUGA: Pengamat BRIN: Jika Kritik Akademisi Belum Bikin Gawat Kekuasaan, Jokowi Tetap Cuek

Pertama, terlepas soal siapa yang paling mampu menarik simpati pemilih pada masa kampanye, Anies layak diakui telah memberi pendidikan politik dan demokrasi yang baik di pilpres kali ini.

Melalui acara dialog Desak Anies yang digelar di berbagai kota di Indonesia, mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyediakan dirinya untuk berdialog, bertukar pikiran, bahkan dengan orang yang bukan pendukungnya sekalipun.

BACA JUGA: Jokowi Disebut Akan Pacu Semua Potensi untuk Menangkan Prabowo-Gibran Satu Putaran

Seorang calon pemimpin nasional mau merelakan pendapat dan pemikirannya didesak, dikritik bahkan diserang secara terbuka dan langsung, hal yang baru dalam kultur politik dan demokrasi di Tanah Air.

Sedikit banyak gaya ini telah menarik perhatian publik yang karena di empat kali pilpres langsung sebelumnya hal seperti itu tidak pernah ditemukan.

Ada gairah baru di masyarakat karena calon pemimpin nasional bersedia bertukar pikiran, bahkan dikiritk, tanpa perlu ada pihak yang baper.

BACA JUGA: Giliran UII Yogyakarta Kritik Jokowi, Singgung Sikap Kenegarawanan yang Memudar

Desak Anies bahkan merembet memengaruhi calon lain untuk melakukan hal yang sama. Lalu muncullah antara lain acara Tabrak Prof oleh cawapres Mahfud MD.

Dialog terbuka yang sejatinya bertujuan mengajarkan rakyat agar selektif dan cerdas dalam memilih calon pemimpinnya telah menarik simpati banyak orang.

BACA JUGA: Prabowo Ingin Bangun 300 Fakultas Kedokteran Baru, Guru Besar Undip: Indonesia Tak Kekurangan Dokter

Sebagian dari mereka yang hadir pada kampanye akbar di JIS pada Sabtu (10/4/2024) nanti–dan ikut war tiket—sangat mungkin adalah para pemilih kritis yang merasa menemukan gairah politik baru.

Politik Uang vs Politik Harapan

Kedua, antusiasme orang menghadiri kampanye akbar pasangan AMIN di JIS dipicu keinginan untuk mengekspresikan perlawanan terhadap ketidakadilan penguasa di pemilu kali ini.

Presiden Jokowi yang memiliki anak yang maju sebagai cawapres, yakni Gibran Rakabuming Raka, mendapatkan gelombang kritik yang terus membesar dari kalangan guru besar dan civitas akademika.

Presiden dianggap telah melanggar etika dan moral dengan menunjukkan keberpihakan di pemilu.

BACA JUGA: Pengamat BRIN: Jika Kritik Akademisi Belum Bikin Gawat Kekuasaan, Jokowi Tetap Cuek

Aksi pembagian bansos oleh presiden langsung di masa kampanye, melonjaknya anggaran bansos yang dirapel pembayarannya sebelum pencoblosan, adalah beberapa kebijakan presiden yang dinilai tidak netral dan menguntungkan pasangan calon tertentu.

Belum lagi lapisan pelanggaran etik yang menyertai masuknya Gibran ke gelanggang pilpres.

BACA JUGA: Prabowo-Ganjar Debat Panas soal Pencegahan Stunting, Ini Respons Pakar Gizi dan Pangan IPB

Di awali kasus pelanggaran etik berat yang dilakukan paman Gibran, Anwar Usman sebagai ketua Mahkamah Konstitusi.

Lalu disusul fakta terbaru, Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) menjatuhkan sanksi kepada Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasyim Asy’ari beserta enam komisoner KPU lainnya karena menerima pendaftaran Gibran padahal menyalahi mekanisme yang ada.

BACA JUGA: Putusan DKPP: Ketua KPU Langgar Kode Etik Terima Pendaftaran Gibran sebagai Cawapres

Kekesalan rakyat melihat ketidakadilan oknum aparat negara telah mendorong mereka untuk bersuara menentang ketidakadilan.

Jumlah akses hingga 3,5 juta kali pada saat perburuan tiket kampanye akbar AMIN di situs tiket Goers, bisa jadi salah satu perwujudan sikap untuk melawan ketidakadilan tersebut.

“Mereka mau datang ke JIS karena merasa ada pikiran yang sama, yakni ingin perubahan. Mereka merasa memiliki identitas yang sama, yakni politik harapan. Bukan politik uang,” kata Suko Widodo.

Ikuti Kami :
Posted in

BERITA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *