Pemilih Dimbau Tolak Serangan Fajar, Pengamat Ingatkan Bahaya Ini

Al-Qadri Ramadhan
Pemilih diimbau menolak suap jelang pencoblosan berupa serangan fajar demi terciptanya pemilu yang bersih, jujur, dan adil. (Foto: Quarta.id/ilustrasi)
Pemilih diimbau menolak suap jelang pencoblosan berupa serangan fajar demi terciptanya pemilu yang bersih, jujur, dan adil. (Foto: Quarta.id/ilustrasi)

JAKARTA, Quarta.id– Praktik membagi-bagikan uang kepada pemilih atau serangan fajar diyakini masih masif terjadi jelang pencoblosan pada pemilu kali ini.

Pengamat politik dari Unikom Bandung Wim Tohari Daniealdi mengingatkan pemilih akan ancaman kerusakan akibat menerima serangan fajar.

BACA JUGA: Jokowi Disebut Akan Pacu Semua Potensi untuk Menangkan Prabowo-Gibran Satu Putaran

Menurutnya, nominal uang atau barang yang diterima akan habis dalam waktu sekejap, namun risikonya akan memengaruhi kehidupan rakyat hingga lima tahun mendatang.

Serangan fajar rawan terjadi pada malam hari hingga pagi sebelum warga mendatangi tempat pemunutan suara (TPS).

BACA JUGA: Dua Hari Jelang Pencoblosan Jokowi Naikkan Tunjangan Kinerja Pegawai Bawaslu, Tertinggi Rp29 Juta

Wim meminta rakyat mengubah mentalitas dan cara pandangnya pada pemilu yang akan digelar Rabu (14/2/2024).

Menurutnya, rakyat perlu menganalogikan dirinya sebagai seorang raja pemegang kedaulatan yang sedang memilih orang-orang yang akan bekerja untuknya.

Sedangkan para calon anggota legislatif dan calon presiden yang akan dipilih hanyalah orang yang sedang meminta pekerjaan dari raja.

“Dengan cara pandang begitu, sudah  sepantasnya rakyat sebagai seorang raja punya harga diri sehingga berani menolak untuk dibayar oleh orang-orang  yang justru akan diberinya pekerjaan,” ujarnya kepada Quarta.id, Selasa (13/2/2024).

BACA JUGA: Media Asing Ini Ikut Soroti Film Dokumenter Dirty Vote

Wim berharap rakyat memiliki kesadaran seperti itu agar tidak mudah diperalat oleh oknum yang menggunakan uang untuk membeli suara.

Wim menyebut ikhtiar untuk mengakhiri praktik politik uang di setiap pemilu harus dipelopori oleh masyarakat sendiri.

BACA JUGA: Kurang 24 Jam, Film soal Kecurangan Pemilu Dirty Vote Sudah Ditonton 2 Juta Kali

Rakyat harus sadar bahwa saat dia memilih orang atau calon di kertas suara, itu momentum yang sangat menentukan. Layaknya pada sebuah kerajaan, orang-orang yang dipilih raja itulah nanti yang akan membuat berbagai kebijakan.

Orang yang dipilih itulah yang akan menentukan semua hal, mulai harga-harga kebutuhan, biaya kesehatan hingga pendidikan bagi anak-anak.

“Maka pilihlah dengan seksama para calon itu, jangan asal. Karena sesungguhnya mereka-mereka itu yang akan menentukan nasib orang banyak,” tandasnya.

BACA JUGA: Pakar Unpad: Film Dirty Vote Gambarkan Kegalauan Publik, Bisa Beri Pengaruh Besar ke Pemilih

Wim mengatakan, kondisi bangsa saat ini sedang tidak baik-baik saja sehingga harus ada keberanian dari rakyat untuk bangkit mengatasi situasi.

“Bangun dan datanglah ke TPS dengan mental sebagai raja sejati. Katakan bahwa mereka yang dipilih itu hanya pencari kerja yang akan Anda bayar, jadi apa-apaan mau ngasih saya duit. Minimal kesadaran seperti ini dulu yang harus dimiliki oleh masyarakat,” tandasnya.

Ikuti Kami :
Posted in

BERITA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *