Indonesia Akan Gandeng China Tanam Padi di Kalteng, Pakar UGM Ingatkan Risiko Ini

Al-Qadri Ramadhan
Ilustrasi. Rencana pemerintah menggandeng China menanam padi di Kalimatan Tengah mendapat respons kalangan akademisi. (Foto: pertanian.go.id)
Ilustrasi. Rencana pemerintah menggandeng China menanam padi di Kalimatan Tengah mendapat respons kalangan akademisi. (Foto: pertanian.go.id)

JAKARTA, Quarta.id– Pakar pertanian dan ilmu lingkungan Universitas Gadjah Mada (GM) Bayu Dwi Apri Nugroho menanggapi rencana pemerintah menggandeng China menanam padi di Kalimatan Tengah (Kalteng).

Meskipun teknologi pertanian China sudah terbukti punya produktivitas yang tinggi, namun tidak ada jaminan hal yang sama akan berhasil jika itu dilakukan di Indonesia.

BACA JUGA: Diusulkan Indonesia pada World Water Forum, Apa itu Zero Delta Q?

Menurutnya, terdapat kompleksitas sangat besar jika membahas pertanian di Indonesia. 

“Sukses di sana (China) belum tentu akan mendapatkan hasil yang sama di Indonesia, dalam hal ini di Kalimantan Tengah. Ada banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan komoditas pertanian, termasuk kondisi lingkungan seperti iklim, tanah, hama, penyakit, dan aspek sosial masyarakat,” ungkapnya dikutip dari laman ugm.ac.id, Rabu (8/5/2024).

Sebagai ahli sekaligus pengamat di bidang pertanian, agrometeorologi, ilmu lingkungan dan perubahan iklim, Bayu menyampaikan ada kearifan lokal dalam sektor pertanian yang juga harus mendapat perhatian.

BACA JUGA: Hari Bumi 2024: Yuk, Kenali Manfaat Mangrove untuk Bumi dan Kehidupan Manusia

Kearifan lokal ini sangat kental, dan sebagai contoh di sekitar Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal adanya istilah pranata mangsa atau penanggalan Jawa sebagai panduan bagi petani dalam menjalankan aktivitas bercocok tanam.

Biasanya pranata mangsa ini digunakan petani sebagai pedoman untuk menentukan awal masa tanam.

“Dari sisi cara budi daya juga berbeda, hal ini juga tidak terlepas dari kondisi lingkungan setempat. Sebagai contoh, untuk daerah dengan kondisi tanah yang memiliki pH tinggi atau basa, sehingga untuk menjadikan lahan tersebut bisa ditanami dengan kondisi ideal, harus dilakukan treatment untuk menurunkan pH tersebut menjadi lahan ideal atau standar,” paparnya.

BACA JUGA: Hadapi Climate Change, Petani Didorong Miliki Literasi Iklim

Pertanyaannya, lantas bagaimana kita menyikapinya mengenai rencana proyek tersebut?

Bayu menuturkan dalam situasi global saat ini menolak atau membatasi kerja sama dengan negara sangat tidak mungkin dilakukan.

Namun, menerapkan pertanian secara langsung di lahan yang luas tanpa uji coba pada skala demplot dinilai juga sebagai langkah yang tidak tepat.

Hal yang sangat ditakutkan adalah kegagalan karena bibit tidak bisa tumbuh dengan baik atau tidak menghasilkan produktivitas seperti yang diharapkan.

“Bagaimanapun kondisi lingkungan China dan Indonesia dalam hal ini Kalimantan Tengah memang berbeda,” ucapnya.

BACA JUGA: IPB Ikut Kritik Jokowi: Pemimpin Nasional Harus Junjung Etika dan Moral

Karena itu, dia berpandangan sebaiknya proyek penanaman tersebut tidak langsung dilakukan di area yang luas, melainkan bisa dilakukan semacam piloting dengan demplot untuk pengujian terlebih dahulu.

Apakah bibit yang berasal dari China tersebut cocok dengan kondisi lingkungan dan bisa diterapkan di Kalimantan Tengah.

Di sinilah peran akademisi atau lembaga riset dituntut untuk bisa memikirkan dan solusi.

“Jika bibit dari China telah diuji dan terbukti dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, serta menghasilkan produktivitas tinggi seperti di China, maka tentunya diperlukan peningkatan skala,” tandasnya.

BACA JUGA: Perubahan Iklim Bisa Membuat Kopi Tak Lagi Senikmat Dulu

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah akan menggandeng China untuk menggarap sawah di Kalteng.

Kesepakatan tersebut menjadi salah satu hasil pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi dalam ajang High Level Dialogue and Cooperation Mechanism (HDCM) RI–RRC di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Jumat (19/4/2024).

Ikuti Kami :
Posted in

BERITA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *