Bencana Hidrometeorologi Landa Beberapa Daerah, di NTT 4 Orang Tewas Akibat Tanah Longsor

Al-Qadri Ramadhan
Proses pencarian korban bencana tanah longsor di Lumajang, Jawa Timur. Insiden yang sama juga terjadi di Ende, Nusa Tenggara Timur. (Foto: bnpb.go.id)
Proses pencarian korban bencana tanah longsor di Lumajang, Jawa Timur. Insiden yang sama juga terjadi di Ende, Nusa Tenggara Timur. (Foto: bnpb.go.id)

JAKARTA, Quarta.id- Dalam empat hari terakhir, bencana hidrometeorolgi melanda beberapa wilayah di Indonesia. Terbaru empat  orang meninggal dunia akibat bencana tanah longosr yang terjadi pada Jumat (7/6) pukul 06.00 WITA di Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur.  

Hujan dengan intensitas yang tinggi disertai durasi yang cukup lama menyebabkan tanah longsor di Kelurahan Rewarangga yang masuk dalam wilayah administratif Kecamatan Ende Timur, Kabupaten Ende,  Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagaimana dikutip dari bnpb.go.id.

BACA JUGA: BMKG Minta Masyarakat Waspadai Cuaca Ekstrem dan Bencana Hidrometeorologi, Ini Penjelasannya!

Berdasarkan data yang diterima  Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tempat orang korban tercatat dalam satu Kartu Keluarga.

Selain korban jiwa, satu rumah dilaporkan rusak berat dan dua rumah terancam akibat bencana tanah longsor ini. 

Dua orang korban jiwa juga tercatat akibat bencana tanah Longsor di Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur pada Selasa (4/6/2024) pukul 11.15 WIB.

BACA JUGA: Rumah Warga di Ketinggian 1.300 Mdpl Akan Direlokasi Usai Longsor Toraja Renggut 20 Korban Jiwa

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB peristiwa ini menelan dua korban jiwa.  

Korban pertama ditemukan Selasa (4/6/2024) sekitar pukul 15.30 WIB, tiga orang yang masih dinyatakan hilang dan masih dalam tahap pencarian. Adapun korban kedua ditemukan Rabu (5/6/2024)

Sementara itu, sebanyak 3.080 kepala keluarga (KK) atau 7.743 jiwa terdampak banjir yang terjadi sejak Selasa (4/6), di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

Banjir tersebut dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi dengan durasi yang cukup lama sehingga menyebabkan meluapnya air dari empat aliran sungai yang ada.

BACA JUGA: World Water Day, Perubahan Iklim dan Ancaman Krisis Air

Berdasarkan data yang dihimpun oleh BNPB, hingga Jumat (7/6), tercatat ada 24 desa dari enam kecamatan yang terdampak banjir. Banjir yang merendam hingga ke permukiman warga tersebut memiliki ketinggian muka air mulai dari 30 hingga 75 sentimeter. 

Sebelumnya, Deputi Bidang Meteorologi, Guswanto di Jakarta (03/06/2024) menyatakan bahwa meskipun di sebagian wilayah Indonesia telah memasuki awal musim kemarau namun sebagian wilayah lainnya masih berada di masa peralihan musim di mana kandungan uap air dan labilitas atmosfer masih tinggi yang dapat memicu pertumbuhan awan-awan hujan yang signifikan.

BACA JUGA: Perubahan Iklim Bisa Membuat Kopi Tak Lagi Senikmat Dulu

Kondisi dinamika atmosfer yang dapat memicu peningkatan curah hujan tersebut antara lain aktifnya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang ekuatorial Rossby dan juga Kelvin, adanya pola sirkulasi siklonik, serta potensi pembentukan daerah belokan dan perlambatan angin.

“Kombinasi pengaruh fenomena-fenomena tersebut diprakirakan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang-lebat yang disertai kilat/petir dan angin kencang yang dapat berlangsung di sebagian wilayah Indonesia hingga 9 Juni 2024”, imbuhnya.

Ikuti Kami :
Posted in

BERITA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *