MUNCHEN,Quarta.id– Harry Kane kembali jadi bahan bully-an saat Bayern Munchen takluk 0-1 di kandang Lazio pada leg 1 babak 16 besar Liga Champions, Kamis (15/2/2024).
Tentu kekalahan Die Roten bukan sepenuhnya kesalahan mantan striker Tottenham Hotspur tersebut. Namun, kegagalannya memanfaatkan satu peluang emas pada laga di Stadio Olimpico membuatnya jadi bulan-bulanan media.
BACA JUGA: Mengejutkan, Jurgen Klopp Umumkan Tinggalkan Liverpool di Akhir Musim
Peluang Munchen memang belum pupus. Masih ada kesempatan membalas kekalahan satu gol pada leg ke-2 di Allianz Arena nanti.
Namun, pelatih Thomas Tuchel tak kuasa menyembunyikan kegusarannya, termasuk karena timnya gagal memanfaatkan satu peluang emas yang dimiliki Kane.
“Tentu saja kami frustrasi dan marah dengan kekalahan ini,” ujarnya dilansir fcbayern.com, Kamis (15/2/2024).
“Kami punya satu peluang bagus untuk mencetak gol dan dua peluang normal. Tapi kami berakhir tanpa tembakan ke gawang, dan itu berarti Anda juga tidak bisa mencetak gol,” sesalnya.
BACA JUGA: Balada Mourinho, Pelatih Langganan Trofi tapi Selalu Dipecat di Musim Ketiga
Mesin Gol Klub dan Timnas
Bukan ketajaman Kane yang bermasalah. Sejak tiba di Allianz Arena, pemain yang ditransfer dari Tottenham dengan banderol 100 juta Euro atau sekitar Rp1,67 triliun sudah mengemas 28 gol di semua kompetisi.
Karena reputasi dan catatan rekor golnya pemain berpostur 188 cm itu sangat dihormati manajemen klub dan pendukung Die Roten.
Di klub lamanya dia juga legenda hidup. Dalam 435 penampilan untuk Tottenham, Kane mencetak 280 gol.
BACA JUGA: Liverpool-Arsenal Hanya Terpaut Dua Poin, Title Race Memanas!
Dia memecahkan rekor legenda klub Jimmy Greaves sebagai pencetak gol terbanyak dalam sejarah Spurs.
Kane juga kapten inspiratif untuk timnas di bawah asuhan pelatih Gareth Southgate. Kane sangat tajam saat membela panji timnas Inggris dengan mencetak 62 gol dalam 89 caps internasional.
BACA JUGA: Tiga Gol Penalti Akram Afif Antar Qatar Pertahankan Trofi Piala Asia
Dikutip dari situs Transfermarkt.com, hingga pekan ke-21 pemain berusia 30 tahun itu sudah mencetak total 24 gol dan lima assist untuk Munchen.
Dia kini mengejar rekor Bundesliga Robert Lewandowski yang mencetak 41 gol dalam satu musim.
Kutukan Kane Nyata?
Dengan ketajaman yang dimilikinya, lantas apa penyebab Kane kerap jadi korban bully media?
Inilah sepakbola. Meski manusia kini sudah hidup di perdaban digital, namun mitos tidak kunjung mampu dilepaskan dari kehidupan sehari-hari, termasuk di sepakbola.
BACA JUGA: Sepakbola Akan Terapkan Aturan Kartu Biru, untuk Pelanggaran Apa?
Kane dianggap sebagai pembawa sial. Dia juga dituding lahir untuk menjadi pemain besar namun tidak akan mendapatkan gelar atau trofi apapun.
Kutukan Kane diklaim sudah terbukti saat membela klub yang melambungkan namanya, Tottenham Hotspur, selama 10 tahun.
Meski selalu tajam membobol gawang lawan dan beberapa kali menjadi top skor Premier League, faktanya Kane tidak kunjung mampu mengisi lemari trofi klub London Utara hingga kemudian hengkang ke Munchen pada musim panas 2023.
BACA JUGA: Fergie Time Tak Hadir di Allianz Arena, MU Ditaklukkan Bayern 4-3
Celakanya, saat tiba di AllianZ Arena pada 12 Agustus 2023, grafik prestasi Munchen justru menurun. Klub yang bermarkas di utara kota Munchen itu kini terancam kehilangan gelar Bundeliga yang dikuasai selama 11 musim beruntun.
Munchen yang mengemas 50 poin, kini berada di posisi kedua klasemen Bundesliga, tertinggal lima poin dari pemuncak klasemen Bayern Leverkusen.
Isyarat Munchen bakal menyerahkan trofi Bundesliga ke Leverkusen diperkuat fakta kekalahan 0-3 dari klub rival tersebut pada pekan ke-21, Minggu (11/2/2024).
BACA JUGA: Wajar Ronaldo Makin Dicintai Penggemar di Arab Saudi, Ini Alasannya!
Kekalahan Munchen dari Lazio di leg I Liga Champions seolah pertanda mimpi buruk klub ini di kompetisi elite Eropa tahun ini.
Jika sampai gagal revans saat main di kandang pada 6 Maret nanti dan Munchen kandas babak di 16 besar, maka bersiap-siaplah menerima hujatan.
BACA JUGA: Yordania, Tim Semenjana yang Menulis Dongeng di Piala Asia 2023
Selain pelatih Thomas Tuchel yang paling diminta bertanggung jawab, bully juga dipastikan tidak akan luput mengarah ke Kane.
Menarik ditunggu, apakah Kane mampu membawa Munchen kembali merebut gelar musim ini, atau justru menguatkan mitos bahwa dia memang dikutuk menjadi pemain hebat namun tanpa trofi?