JAKARTA, Quarta.id– Setiap tahun jumlah warga negara Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri diperkirakan mencapai 1 juta orang .
Banyaknya warga negara Indonesia (WNI) yang berobat ke luar negeri ini dikeluhkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Rapat Kerja Kesehatan Nasional, Rabu (24/4/2024). Dikatakan, negara rugi Rp180 triliun lantaran banyaknya warga yang berobat ke luar negeri.
BACA JUGA: Waspada Flu Singapura, Ahli IDI Paparkan Gejala, Penyebab, dan Cara Mencegah Penularannya
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tjandra Yoga Aditama mengatakan, perlu upaya fundamental dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Menurutnya, penyebab orang lebih senang berobat ke luar negeri antara lain karena harga alat kesehatan dan obat-obatan di Indonesia mahal. Harga di dalam negeri harus dibuat lebih murah.
“Tentu masing-masing pihak punya argumentasinya sendiri, tetapi tujuan akhirnya kan jelas. Harga obat dan alat kesehatan harus lebih murah dari sekarang,” ujarnya melalui pernyataan tertulis Jumat (26/4/2024).
BACA JUGA: PBB: 4,9 Juta Anak di Dunia Meninggal Sebelum Ulang Tahun Kelima
Selain itu, perlu ada keberpihakan pemerintah untuk semua insan kesehatan agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik tetapi juga dapat menjalani kehidupannya dengan baik.
Dia menjelaskan, memang ada persepsi umum bahwa pengobatan di luar negeri lebih bagus daripada di dalam negeri. Namun hal itu diakui tidak sepenuhnya benar.
“Hal itu dipengaruhi lagi dengan berita-berita yang dikesankan bagus di luar negeri. Berita yang cepat sekali beredar bisa saja benar, tapi bisa juga salah, tetapi biasanya sudah terlanjur dianggap benar saja,” ujarnya.
BACA JUGA: Hari Kesehatan Sedunia 2024, Ini Hak Kesehatan Warga yang Harus Dipenuhi Negara
Dikatakan, memang untuk beberapa pemeriksaan dan pengobatan tertentu harga di negara tetangga lebih murah dari Indonesia.
Tjandra lantas menceritakan pengalaman pribadinya pernah tinggal di luar negeri.
“Teman-teman dokter yang datang atau belajar ke India waktu saya bekerja di WHO dan berdomisili di New Delhi banyak yang pulang membawa berbagai alat kesehatan yang memang lebih murah harganya. Kalau di India obat-obatan juga jauh lebih murah dari di kita,” papar mantan Direktur WHO Asia Tenggara ini.
Dari sisi kemampuan dokter dan tenaga kesehatan lain, Indonesia secara umum disebut sama baiknya dengan negara tetangga.
Dalam berbagai arena ilmiah kedokteran tidak sedikit dokter dan pakar kesehatan Indonesia yang cukup menonjol dan mendapat apresiasi serta dihormati.
“Demikian juga dokter dan pakar kita di berbagai organisasi internasional kesehatan dan kedokteran regional dan dunia disegani,” ujar Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI ini.
Hanya, hal yang banyak dibahas adalah lebih cepatnya pelayanan di negara tetangga antara pemeriksaan dan hasil, sehingga keputusan tindakan yang akan dilakukan dapat segera dilakukan.
“Untuk ini yang perlu kita lakukan adalah manajemen pengaturan yang lebih baik, termasuk koordinasi antartenaga dan unit kerja di institusi pelayanan kesehatan kita, tentu juga disertai keramahan pelayanan serta penerapan prinsip dasar hospitaliti yang baik,” tandasnya.