Sering Dianggap Keterampilan, Multitasking Justru Bahayakan Kesehatan, Simak Lima Kiat Menghindarinya!

Siti Lestari
Ilustrasi kebiasaan multitasking. (Foto: unsplash.com/Jonas Laupe)
Ilustrasi kebiasaan multitasking. (Foto: unsplash.com/Jonas Laupe)

JAKARTA, Quarta.id- Kebiasaan multitasking kerap dianggap sebuah kelebihan, terutama di dunia kerja. Dari berbagai sumber, multitasking diartikan sebagai kondisi melibatkan atau mengerjakan dua atau lebih tugas secara bersamaan, berpindah-pindah dari satu hal ke hal lain, atau melakukan sejumlah tugas secara berurutan.

Tidak salah jika kebiasaan multitasking diartikan sebagai bagian dari upaya mendorong produktivitas. Padahal, pendapat para ahli menyebut multitasking justru berdampak buruk pada efektifitas kerja.

Laman Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga ners.unair.ac.id mengungkapkan penelitian David Strayer dan Jason Watson, dua orang psikolog dari University of Utah pada tahun 2010 yang menyebutkan, hanya 2,5 persen dari populasi manusia yang mampu melakukan hal yang bersamaan dengan baik.

BACA JUGA: Keseringan Debat Kusir Soal Pilpres di Media Sosial Bisa Ganggu Kesehatan? Ini Kata Ahli

“Inilah alasan mengapa multitasking berdampak buruk pada fungsi dan kesehatan otak. Melakukan banyak hal sekaligus tidak hanya berpengaruh pada kinerja otak, namun juga menurunkan tingkat produktivitas,” tulis laman tersebut pada tahun 2023 lalu.

Masih dari sumber yang sama, kebiasaan multitasking, secara jangka panjang akan menimbulkan beberapa masalah seperti mengganggu kesehatan mental, menurunnya IQ, susah konsentrasi, kehilangan ingat dan perhatian secara detail,

Kendra Cherry, MSed. Spesialis rehabilitas psikososial, pendidik psikologi dan penulis “buku psikologi segalanya” Memberikan penilaian yang sama terkait kebiasaan multitasking.

BACA JUGA: Mengenal Social Anxiety Disorder, Gangguan Kesehatan Mental yang Paling Banyak Menimpa Remaja Indonesia

Menurutnya, multitasking dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk fokus, meningkatkan perasaan stres dan memperburuk impulsif.

“Hal ini (multitasking) juga dapat memperburuk kinerja seseorang di tempat kerja atau sekolah, yang dapat menimbulkan perasaan negatif dan kecemasan, tulis Kendra Cherry pada verywellmind.com.

Kendra Cherry kemudian memberikan lima kiat untuk menghindari multitasking agar terhindar dari dampak buruknya secara jangka panjang:

Batasi hal yang anda lakukan pada waktu tertentu hanya pada satu tugas .

Jika Anda memang perlu mengerjakan banyak hal sekaligus, coba gabungkan sesuatu yang otomatis, seperti melipat cucian, dengan sesuatu yang memerlukan lebih banyak fokus, seperti mengobrol.

Gunakan “aturan 20 menit”

Daripada terus-menerus berpindah antar tugas, cobalah mencurahkan perhatian Anda sepenuhnya pada satu tugas selama 20 menit sebelum beralih ke tugas lainnya.

Kelompokkan tugas Anda

Jika Anda kesulitan menahan keinginan untuk memeriksa email atau melakukan tugas lain yang mengganggu, jadwalkan waktu tertentu dalam sehari untuk mengatasinya. Dengan mengelompokkan tugas-tugas serupa dan menetapkan waktu untuk menanganinya, Anda dapat membebaskan pikiran untuk fokus pada hal lain.

Batasi gangguan 

Ini mungkin berarti mencari tempat yang lebih tenang untuk bekerja, mematikan telepon, dan mematikan notifikasi dan alarm.

Latihlah kewaspadaan

Menambahkan kesadaram ke dalam rutinitas harian Anda dapat membantu Anda memperhatikan saat-saat ketika Anda melakukan banyak tugas. Mindfulness juga dapat meningkatkan kemampuan Anda untuk fokus dan memperhatikan satu hal pada satu waktu.

Ikuti Kami :
Posted in

BERITA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *