Mengenal Social Anxiety Disorder, Gangguan Kesehatan Mental yang Paling Banyak Menimpa Remaja Indonesia

Arif Kunu
Ilustrasi remaja dengan gangguan kecemasan. (Foto: unsplash.cm/Uday Mittal)
Ilustrasi remaja dengan gangguan kecemasan. (Foto: unsplash.cm/Uday Mittal)

Jakarta, Quarta.id- Gangguan Kecemasan Sosial (social anxiety disorder) atau Fobia sosial menjadi gangguan mental paling dominan yang menimpa remaja indonesia. Fakta itu merujuk pada hasil penelitian terbaru, yakni Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS).

I-NAMHS adalah survei kesehatan mental nasional pertama yang mengukur angka kejadian gangguan mental pada remaja 10 – 17 tahun di Indonesia dan dipublikasi Oktober 2023 lalu.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental. Jumlah itu setara dengan 17,9 juta remaja.

BACA JUGA: Kasus Perundungan Anak Kian Marak, Ini Tindakan Kementerian PPPA

“Remaja dengan gangguan mental mengalami gangguan atau kesulitan dalam melakukan kesehariannya yang disebabkan oleh gejala gangguan mental yang ia miliki,” ungkap Prof. dr. Siswanto Agus Wilopo, SU, M.Sc., Sc.D., Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, dikutip dari website resmi Universitas Gadjahmada, ugm.ac.id.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa gangguan mental yang paling banyak diderita oleh remaja adalah gangguan cemas (gabungan antara fobia sosial dan gangguan cemas menyeluruh) sebesar 3,7%.

Adapun  gangguan depresi mayor (1,0%), gangguan perilaku (0,9%), serta gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) masing-masing sebesar 0,5%.  

BACA JUGA: Sejumlah Negara Larang Penjualan Minuman Bernergi untuk Remaja, Ini Alasannya!

Website nhs.uk menyebut, Gangguan kecemasan Sosial (GKS) adalah ketakutan jangka panjang dan berlebihan terhadap situasi sosial dimana seseorang mengalami kecemasan yang berlebihan dan takut terhadap situasi sosial atau kinerja di depan orang lain.

“Orang dengan GKS sering merasa khawatir akan dihakimi, diejek, atau malu di hadapan orang lain, sehingga mereka cenderung menghindari situasi sosial atau mengalaminya dengan ketegangan yang signifikan.,” tulis laman tersebut.

Situs Departemen Kesehatan RI, mengulas penyebab remaja mengalami Gangguan Kecemasan Sosial (GKS), diantaranya faktor genetik, faktor lingkungan (pengalaman traumatis karena mengalami penghinaan, pelecehan dan bullying.

BACA JUGA: Ini Tanda-tanda Awal Perundungan di Sekolah, Guru Wajib Kenali

“Lingkungan yang otoriter dan over protective juga berkontribusi pada timbulnya GKS,” tulis laman ayosehat.kemenkes.go.id.  

Faktor lainnya adalah kelainan biologis seperti ketidakseimbangan kimia otak dan faktor Faktor sosial dan kultural: Norma sosial yang ketat atau tekanan untuk tampil sempurna dalam masyarakat tertentu dapat memengaruhi terjadinya GKS.

Meskipun ada langkah penanganan GKS seperti terapi dan penggunaan obat-obatan, namun pencegahan menjadi hal yang dikedepankan.

“Remaja dapat secara mandiri atau tuntunan orang tua, dianjurkan untuk mengelola stres, memperbanyak komunikasi dan interaksi dengan orang-orang terdekat, serta menjaga keseimbangan hidup,” tutup laman resmi Kemenkes RI.

Ikuti Kami :
Posted in

BERITA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *