JAKARTA, Quarta.id- Burnout kerap menjadi perbincangan terutama pada kalangan pekerja kantoran. Menurut Kementerian Kesehatan RI melalui laman yankes.kemkes.go.id, burnout adalah kondisi dimana seseorang kehilangan energi psikis maupun fisik.
Biasanya hal itu disebabkan oleh situasi kerja yang tidak mendukung atau tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan.
Burnout tidak boleh dianggap sepele karena pada banyak kasus menjadi penyebab stres yang berujung pada kemungkinan berbagai gangguan kesehatan.
BACA JUGA: BRIN Kembangkan Teknologi untuk Deteksi Tingkat Stres dan Kecemasan Karyawan
Stres yang berlebihan akan berakibat buruk terhadap kemampuan individu untuk berhubungan dengan lingkungannya secara normal.
Stres yang dialami individu dalam jangka waktu yang lama dengan intensitas yang cukup tinggi akan mengakibatkan individu yang bersangkutan menderita kelelahan, baik fisik maupun mental.
Penyebab burnout secara eksternal dipengaruhi oleh lingkungan pekerjaan yang tidak mendukung secara psikologis, kurangnya kesempatan untuk promosi, imbalan yang diberikan tidak mencukupi, kurangnya dukungan sosial dari atasan, tuntutan pekerjaan, pekerjaan yang monoton.
“Faktor internal diantaranya usia, jenis kelamin, harga diri, tingkat pendidikan, masa kerja dan karakteristik kepribadian,” ungkap laman itu.
Ciri-ciri burnout secara fisik seperti sakit kepala, demam, sakit punggung, rentan terhadap penyakit, tegang pada otot leher dan bahu, sering terkena flu, susah tidur, mual-mual, gelisah, dan perubahan kebiasaan makan.
BACA JUGA: Gen Z Wajib Tahu! Rumus Memasuki Dunia Kerja Ala GenerasiCakap
Sementara kelelahan emosi seperti rasa bosan, mudah tersinggung, sinisme, perasaan tidak menolong, ratapan yang tiada henti, tidak dapat dikontrol (mudah marah), gelisah, tidak perduli terhadap tujuan, tidak peduli dengan peserta didik (orang lain), merasa tidak memiliki apa-apa untuk diberikan, sia-sia, putus asa, sedih, tertekan dan tidak berdaya.
Kondisi burnout dapat pula memicu kelelahan mental, seperti merasa tidak berharga, rasa benci, rasa gagal, tidak peka, sinis, kurang bersimpati dengan orang lain, mempunyai sikap negatif terhadap orang lain, cenderung masa bodoh dengan dirinya, pekerjaannya dan kehidupannya.
Selain upaya manajemen diri oleh individu/karyawan, perusahaan dapat membantu karyawan untuk terhindar dari burnout dengan beberapa langkah seperti job redesign, performance management hingga restrukturisasi reward.