Kebakaran di TPA Marak Terjadi, Dosen dan Peneliti Institut Teknologi Bandung Ingatkan ini!

Ahmad Riyadi
Dosen dan Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB), Nurrohman Wijaya. Foto: Istimewa
Dosen dan Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB), Nurrohman Wijaya. Foto: Istimewa

BANDUNG, Quarta.id- Belum tuntas penanganan kebakaran di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, insiden yang sama kembali terjadi di TPA Jatibarang, Semarang, Jawa Tengah, Jum’at (22/9/2023).

Selain Sarimukti dan Jatibarang, dalam catatan Quarta.id, kejadian serupa sepanjang musim kemarau tahun ini terjadi dibeberapa tempat, diantaranya di lahan bekas TPA Panembong di Subang, Pasir Bajing di Garut, Randengan di Mojokerto dan Putri Cempo di Solo.

Rentetan kejadian pada beberapa lokasi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah, menajadi indikasi pengelolaan sampah di Indonesia yang masih bersoal. Pandangan itu dikemukakan Peneliti dan Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB), Nurrohman Wijaya kepada Quarta.id, Sabtu (23/9/2023).

“Kebanyakan Pemerintah Daerah masih menjadikan TPA sebagai solusi akhir persampahan sehingga kejadian TPA yang overload dan insiden kebakaran di TPA marak terjadi dalam beberapa waktu terakhir,” ujar Nurrohman.

“Undang-undang yang ada (UU Nmomor 18 Tahun 2008) kan sudah jelas menyebut bahwa Pemerintah Daerah berkewajiban mengolah sampah dengan mendorong pengelolaan dari lini terkecil seperti rumah tangga, lingkungan perumahan, dan seterusnya,” lanjut Norrohman.

Peneliti pada lembaga Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB ini mengingatkan bahwa persoalan di TPA bukan hanya kebakaran. Dirinya mencontohkan ancaman air lindi yang terjadi karena bercampurnya sampah organik dan non organik.

“Air lindi kan dapat merusak tanah dan mencemari wilayah perairan disekitar TPA,” lanjut Nurrohman.

Kebakaran, menurut Nurrohman hanya sebagian kecil dari masalah di TPA “Kebakaran salah satunya karena gas di TPA yang kemudian bisa memicu percikan api kemudian membesar,” imbuhnya.

Nurrohman mengingatkan ancaman lebih besar yang sedang kita hadapi saat ini karena kesalahan dalam pengelolaan sampah di TPA, yakni dampaknya pada pemanasan global dan perubahan iklim.

“Tumpukan sampah yang tercampur antara organik dan non organik adalah pemicu gas metana yang terbukti memperparah kerusakan lapisan ozone dan mempercepat pemanasan global,” Tutup Nurrohman.

Ikuti Kami :
Posted in

BERITA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *