LUWU TIMUR, Quarta.id- Tahukah Anda? jika hari ini bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN), sebuah momentum pengingat atas tragedi Tempat Pembuangan Akhir (TPS) Leuwigajah di Cimahi, Jawa Barat, 20 tahun silam.
Kala itu, ledakan dahsyat akibat tumpukan sampah pada lokasi dimaksud, menyebabkan nyawa 157 orang melayang dan tiga desa sekitar wilayah TPS, tertimbun oleh sampah.
Gas metana akibat bercampurnya sampah organik dan non-organik menjadi pemicu ledakan.
BACA JUGA: Presiden Baru dan “Bom Waktu” Bernama TPA
Peristiwa tragis dua dekade lalu tersebut, kemudian ditetapkan sebagai Hari Peduli Sampah Nasional yang diperingati setiap tahunnya.
Dengan tema berbeda dalam setiap peringatan, HPSN hadir dengan dorongan agar seluruh komponen, lebih bijak dalam memperlakukan sampah dan juga limbah.
Dan nun beribu-ribu kilometer dari Leuwigajah, PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) memberi peneguhan atas komitmen itu melalui praktik pertambangan berkelanjutan.
BACA JUGA: TPA Overload, Pemkab Gianyar Perkuat Konsep Zero Waste Cities: Warga Wajib Pilah Sampah dari Rumah
Adalah ibu-ibu pada lingkungan sekitar lokasi perusahaan, tepatnya di Desa Balantang, yang dibina untuk mengubah minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi.
Aktivitas yang berlangsung Selasa (18/2/2025) ini, menjadi bagian dari program pemberdayaan ekonomi hijau.
Program ini, diklaim tidak hanya menciptakan nilai ekonomi dari limbah, tetapi juga mendorong transisi industri menuju ekonomi sirkular, di mana sumber daya dikelola lebih efektif untuk mendukung kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan lingkungan.
BACA JUGA: Sampah Organik dilarang Masuk TPA Sarimukti, Akademisi ITB Sampaikan ini!
Sebuah langkah bijak agar warga tidak lagi membuang salah satu jenis sampah sisa dapur atau makanan itu ke tempat sampah dan berakhir di TPA.
Sampah yang tertimbun di TPA tanpa pengelolaan yang maksimal, adalah pemicu terlepasnya gas metana ke atmosfir dan semakin memperparah dampak perubahan iklim.
Akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB), Nurrohman Wijaya yang dihubungi Quarta.di, menyampaikan dampak negatif dari maraknya sistem pembuangan sampah open dumping, dimana sampah dikembalikan ke lingkungan dengan mencampurkan sampah organik dan non-organik.
Bercampurnya material organik dan non-organik yang tidak dikelola, akan menghasilkan gas methan (CH4) di TPA. Dalam jangka pendek menjadi pemicu kebakaran serta ledakan. Sementara dalam jangka panjang, berkontribusi pada pemanasan global.,” ucapnya.
Direktur Keberlanjutan PT Vale, Bernardus Irmanto, melalui siaran pers yang diterima Quarta.id, Jumat (21/2/2025), menegaskan bahwa inisiatif ini tidak hanya memiliki dampak lokal tetapi juga sejalan dengan tren global dalam membangun rantai pasok industri hijau.
BACA JUGA: Ramadan dan Food Waste yang Makin Memprihatinkan
Menurut Bernardus, keberlanjutan tidak hanya berbicara tentang lingkungan, tetapi juga bagaimana kita menciptakan keseimbangan antara sumber daya alam, pemberdayaan ekonomi, dan inovasi industri.
“Dengan mengubah limbah menjadi produk bernilai tambah, kita menciptakan model bisnis yang tidak hanya bertahan, tetapi juga memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat dan ekonomi Indonesia,” jelasnya.
Inisiatif ini juga merupakan langkah nyata PT Vale dalam mendukung transisi energi dan industri hijau, di mana praktik bisnis bertanggung jawab menjadi landasan bagi ekonomi berkelanjutan.
BACA JUGA: YPBB Latih Puluhan Warga Bandung Raya Jadi Pelopor Gaya Hidup Zero Waste
Selain membantu mengurangi pencemaran lingkungan, program ini juga membuka peluang usaha bagi masyarakat, terutama perempuan di Desa Balantang.
Endra Kusuma, Head of External Relations PT Vale, menjelaskan bagaimana keterampilan baru yang diberikan dalam program ini mampu meningkatkan kesejahteraan komunitas.
“Kami ingin masyarakat tidak hanya melihat limbah sebagai masalah, tetapi sebagai potensi yang bisa dimanfaatkan,” ujarnya.
Dengan pelatihan ini, kelompok perempuan mendapatkan keterampilan baru yang memungkinkan mereka menghasilkan produk berkualitas dan memperluas peluang ekonomi mereka.
BACA JUGA: Indonesia Perkuat Roadmap Pengurangan Sampah Melalui Strategi Guna Ulang oleh Produsen
“Ini bukan sekadar program CSR, ini adalah investasi dalam masa depan berkelanjutan,” lanjut Endra.
Sebagai bagian dari upaya jangka panjang, PT Vale juga mendorong pemerintah desa dan kelompok PKK untuk mengembangkan pengelolaan minyak jelantah hingga tahap komersialisasi.
Peserta juga akan dibina untuk berjejaring dengan berbagai pemangku kepentingan untuk memperluas akses pasar bagi produk berbasis limbah ini.
Program ini mendapat sambutan positif dari berbagai pihak, termasuk Pj. Kepala Desa Balantang, Nasir Dj.
BACA JUGA: Mengenal Dioksin, Zat Beracun Penyebab Kanker yang Dihasilkan Saat Bakar Sampah
Menurut Nasir, pelatihan ini mengajarkan kepada warga desa bahwa sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak bernilai ternyata bisa menjadi peluang usaha yang menguntungkan.
“Kami sangat mengapresiasi PT Vale yang telah memberikan edukasi dan solusi nyata dalam pengelolaan limbah minyak jelantah,” katanya.
Melalui pendekatan strategis ini, PT Vale terus memperkuat posisinya sebagai perusahaan yang tidak hanya berorientasi pada profit, tetapi juga bertanggung jawab terhadap lingkungan dan komunitas.
Dengan fokus pada pengelolaan sumber daya yang lebih efisien, pengurangan dampak lingkungan, serta penciptaan ekonomi sirkular yang inklusif,
BACA JUGA: Peneliti dan Aktivis Lingkungan Ingatkan Potensi Bahaya Mikroplastik pada Jajanan Anak
PT Vale terus mendorong perubahan transformatif dalam industri, menjadikan keberlanjutan sebagai bagian dari strategi pertumbuhan jangka panjang.
Dari limbah menjadi berkah, dari tantangan menjadi peluang, PT Vale membuktikan bahwa keberlanjutan bukan sekadar wacana, tetapi aksi nyata yang berdampak luas bagi masyarakat dan dunia.
Langkah Strategis PT Vale Wujudkan Pertambangan Berkelanjutan
Dorongan praktik pertambangan berkelanjutan yang diupayakan oleh PT Vale, tak terbatas pada edukasi pengelolaan sampah di level domestik.
Di tengah sorotan dunia, terutama negara Eropa pada praktik pertambangan yang dinilai abai pada aspek keberlanjutan, PT Vale telah menjalankan pertambangan berkelanjutan yang berdampak positif bagi lingkungan serta masyarakat.
Langkah strategis itu, tahun lalu ditampilkan dalam forum keberlanjutan di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Kamis (8/8/2024).
BACA JUGA: Tanamkan Budaya K3 pada Gen Z, PT Vale Gelar Vale Goes to Campus
Dalam sesi presentasi bertajuk ‘Mining Industry Under The Spotlight: Validating Commitment and Sustainability Impact’, Chief of Sustainability and Corporate Affairs Officer PT Vale, Bernardus Irmanto, tampil memberi paparan.
Di depan ratusan pengamat lingkungan, dirinya mengungkapkan visi keberlanjutan perusahaan yang berkomitmen untuk menyeimbangkan antara kebutuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan.
“Di tengah kritik dari berbagai pihak terhadap praktik pertambangan, PT Vale terus menunjukkan bahwa pertambangan yang bertanggung jawab tidak hanya mungkin dilakukan, tetapi juga memberikan dampak nyata bagi lingkungan dan masyarakat,” ucap Bernardus kala itu.
Bernarbud menambahkan, sejak berdiri pada 1968, PT Vale telah mempelopori hilirisasi di Indonesia, jauh sebelum kebijakan tersebut popular.
PT Vale telah memimpin perubahan dengan membangun pabrik pengolahan sejak tahun 1970 dan memproduksi nickel matte pada 1978, tanpa pernah mengekspor ore tanpa proses pengolahan di tanah air.
Pada kesempatan tersebut, Bernardus juga menekankan pentingnya pemulihan fungsi lahan pasca-tambang, di mana PT Vale telah berhasil merehabilitasi 66% lahan tambang dengan metode reklamasi progresif.
BACA JUGA: Green Ramadan, Gerakan Inisiatif Memopulerkan Gaya Hidup Berkelanjutan
“Kami juga berkomitmen untuk melakukan rehabilitasi lahan di luar area konsesi, mencakup lebih dari 12 ribu hektare, hampir tiga kali lipat dari area yang telah dibuka untuk tambang,” tambahnya, sebagaimana dimuat laman vale.com, Agustus tahun lalu.
Bernardus menyoroti pula bagaimana PT Vale menjadi pionir dalam penggunaan energi bersih dengan membangun tiga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), yang merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk mengurangi dampak lingkungan dan mendukung penggunaan sumber energi yang ramah lingkungan.
Dalam konteks praktik pertambangan berkelanjutan, Bernardus memberikan contoh nyata terkait keberadaan Danau Matano di Sorowako sebagai bukti komitmen tersebut.
BACA JUGA: Hari Bumi 2024: Yuk, Kenali Manfaat Mangrove untuk Bumi dan Kehidupan Manusia
“Kami menjaga kualitas air di Danau Matano dengan sangat ketat, bahkan kualitasnya lebih baik daripada air minum botol,” ungkapnya.
Danau Matano disebut sebagai cerminan bagaimana pertambangan bersih dilakukan di area operasi PT Vale.
Selain upaya lingkungan, PT Vale juga aktif dalam memberdayakan komunitas masyarakat lokal di sekitar area operasional. Berbagai program dan lembaga binaan ditujukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, dan perekonomian masyarakat.
Bagi PT Vale, dengan menjalankan pertambangan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, PT Vale memastikan bahwa kita bukan hanya menjaga keberlanjutan lingkungan, tetapi juga menciptakan masa depan yang lebih baik.