Kepulauan Selayar, Quarta.id- Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Ajiep Padindang, menyoroti kesenjangan infrastruktur komunikasi di Indonesia, terutama di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar).
Menurut Senator asal Sulawesi Selatan itu, kesenjangan infrastruktur, memicu kesenjangan digital atau digital divide dan menjadi tantangan menyambut bonus demografi pada 2030 hingga 2045.
“Tidak tersedianya infrastruktur komunikasi yang memadai, akan menimbulkan gap antara keterampilan memanfaatkan teknologi, terutama di kalangan anak muda perdesaan dan wilayah perkotaan,” ucap Ajiep saat berbicara pada dialog dengan tema “Eksistensi Pemuda Pada Era Digitali dan Artificial Intelligence” di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Rabu (17/1/2024), .
BACA JUGA: Forum Bali Ocean Days, Bahas Ekonomi Biru dan Isu Pembangunan Berkelanjutan
Olehnya itu, Ajiep dalam kapasitasnya sebagai Anggota DPD RI, terus mendorong pemerintah membenahi, paling itdak tiga hal terkait pemanfaatan teknologi informasi. yakni Infrastruktur, kebijakan, dan membangun literasi digital masyarakat.
“Kebijakan yang ada cenderung tidak mampu mengikuti gerak cepat atau dinamika teknologi informasi. Kadang-kadang kita masih gagap dalam merancang kebijakan untuk mendukung pemanfaatan teknologi informasi,” ucapnya di depan puluhan peserta.
Kebijakan menurut Ajiep, juga penting untuk melindungi masyarakat dari kerawanan dampak negatif kehadiran teknologi informasi.
“Tanpa kebijakan yang mempuni dan dorongan literasi digital, masyarakat cenderung menjadi objek dan tidak mampu menjadi subjek atau pelaku dalam memanfaatkan teknologi pada aktivitas produktif,” ucap Ajiep.
Laman kominfo.go.id menyampaikan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia ( APJII ) di mana pengguna internet di Indonesia mencapai 215,63 juta orang pada 2022-2023. Jumlah tersebut meningkat 2,67% dibandingkan pada periode sebelumnya yakni sebanyak 210,03 juta pengguna.
Jumlah pengguna internet tersebut setara dengan 78,19% dari total populasi Indonesia yang sebanyak 275,77 juta jiwa. Persentasenya lebih tinggi 1,17% poin dibandingkan pada 2021–2022 yang sebesar 77,02%.
Adapun, tingkat penetrasi internet di wilayah perkotaan sebesar 77,36% pada 2022–2023. Sisanya, pengguna di wilayah perdesaan.