JAKARTA, Quarta.id– Debat calon presiden (capres) kembali akan digelar Minggu (04/02/2024). Debat kelima atau terakhir ini akan membahas sejumlah tema, di antaranya kesehatan.
Pakar kesehatan yang juga mantan Direktur WHO Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama berharap para capres yang akan berdebat membuat program kerja di bidang kesehatan yang selaras dengan program kerja utama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
BACA JUGA: Putri Gus Dur Ikut Kritik Gibran yang Dinilai Lecehkan Lawan Debat
Menurutnya, agenda utama WHO pada 2024 dibahas pada 22 Januari lalu melalui forum WHO Executive Board 154th session.
Program kerja utama WHO untuk tahun ini adalah “General Programme of Work (GPW) yang ke 14”.
BACA JUGA: Puji Penampilan Muhaimin Saat Debat, Anies: Ada Tiga Kata, Bangga, Bangga, Bangga
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI ini menjelaskan, ada tiga prioritas utama WHO saat ini, yaitu masyarakat yang lebih sehat (healthier populations), cakupan kesehatan untuk semua (universal health coverage) dan program kesiapan serta respons pada kemungkinan pandemi mendatang (emergency preparedness and response).
Tujuan utama GPW 14 WHO menurutnya amat mulia, yakni mempromosikan, memberi pelayanan serta melindungi kesehatan dan kesejahteraan umat manusia, dimanapun berada.
BACA JUGA: Berdebat Panas, Ini Momen Mahfud MD Tolak Menjawab, Anggap Pertanyaan Gibran Receh
Dalam implementasinya, menurut bidang kesehatan ini, dilakukan program kerja 5 P, atau Five P.
“Akan baik kalau juga jadi bagian program kerja para pasangan calon presiden kita yang minggu depan akan melakukan debat terakhir di mana kesehatan adalah salah satu topiknya,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Selasa (23/01/2024).
Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan ini menjelaskan, P pertama adalah promoting health, yaitu promosi kesehatan.
BACA JUGA: Cawapres Adu Gagasan Bangun Desa, Siapa Unggul? Ini Penilaian Pakar IPB
Kegiatan yang akan dilakukan WHO mencakup antara lain tentang pengendalian rokok termasuk elektronik dan alkohol, makanan sehat, penggunaan air susu ibu, minuman berpemanis dalam kemasan.
Selain itu, juga aktivitas fisik, keselamatan di jalan raya, lingkungan hidup serta perubahan cuaca (climate change) serta konsep satu kesehatan (One Health) yang meliputi kesehatan manusia, kesehatan hewan dan kesehatan lingkungan.
“Menjaga hidup sehat sesuatu yang amat perlu dilakukan di Indonesia, bukan semata-mata mengobati yang sudah jatuh sakit,” katanya.
P kedua adalah provide health, yakni memberi pelayanan kesehatan pada rakyatnya dengan konsep universal health coverage, termasuk memberi pelayanan kesehatan esensial yang bermutu tanpa membebani secara finansial.
P kedua ini disebut mencakup fasilitas pelayanan kesehatan, ketersediaan obat dan sediaan farmasi.
“Aspek yang amat penting pula dalam P ke dua ini adalah pengendalian penyakit menular dan tidak menular, sesuatu yang belum optimal di negara kita dan perlu dijadikan program kerja para pasangan calon pemimpin bangsa,” ujar mantan Kepala Balitbangkes Kemenkes ini.
BACA JUGA: Singgung Kode Etik, Anies: Dulu KPK Datang ke Suatu Tempat Tidak Ikut Makan
P ke tiga adalah protecting health, atau perlindungan kesehatan. Ini berkaitan tentang kesiapan, pencegahan dan respons terhadap masalah kesehatan, dampak bencana alam, wabah, konflik dan perang serta mungkin saja pandemi mendatang.
Menurutnya, itu juga dicakup tentang ketersediaan vaksin dan pengobatan antara lain untuk cholera, diphtheria, meningitis dan yellow fever.
BACA JUGA: Puji Sikap Slank Berani Tinggalkan Jokowi, Politisi PDIP: Jeli Melihat Kebenaran
Kemudian, P keempat dan P kelima, yaitu power dan performing for health untuk kesehatan. Power atau kekuatan meliputi perkembangan sains, upaya riset, teknologi digital serta data dan komunikasi.
“Semua hal ini jelas amat perlu dilakukan di negara kita, karena hanya dengan data ilmiah yang tepat maka program dapat dilakukan dengan berhasil baik,” paparnya.
BACA JUGA: Dapat Dukungan dari Slank, Ganjar Pranowo Sebut Bimbim Cs Keluarga
Sementara itu, performing for health, kata Tjandra, pada dasarnya bagaimana sistem dan manajemen kesehatan dilakukan dengan baik. “Oleh WHO dan tentu juga di negara kita,” tandasnya.