JAKARTA, Quarta.id– Palang Merah Indonesia (PMI) mengingatkan masyarakat mengenai potensi cuaca panas ekstrem yang kemungkinan akan sering terjadi.
Indonesia pernah mengalami cuaca terpanas pada 2023 dan kemungkinan besar hal tersebut akan kembali terjadi di tahun-tahun mendatang.
Tahun ini, Indonesia akan mengalami kemarau pada awal Mei dan diperkirakan berlangsun hingga Agustus. Kondisi ini jadi penyebab terjadinya suhu panas ekstrem.
BACA JUGA: Cuaca Terik Sebabkan Gangguan Mental? Ini Penjelasannya
PMI berinisiatif membantu masyarakat menghadapi dampak dari fenomena panas ekstrem ini. Masyarakat diajari bagaimana harus beradaptasi di tengah cuaca panas.
Pengurus PMI Pusat, Niniek Kun Naryatie mengatakan, pihak yang akan menghadapi persoalan karena panas ekstrem ini adalah masyarakat paling rentan, yaitu mereka yang harus beraktivitas di luar ruang.
“Mereka yang banyak terpapar dengan cuaca panas. Jadi PMI harus turun ke masyarakat melakukan kampanye menjelaskan pesan-pesan tentang adaptasi terhadap panas ekstrem yang dapat dilakukan masyarakat,” ujarnya pada acara Orientasi Komunikasi Perubahan Perilaku Kampanye Panas Ekstrem di Jakarta, dilansir laman pmi.or.id, Kamis (16/4/2024).
BACA JUGA: Gelombang Panas Landa Asia, Bagaimana dengan Indonesia? Ini Penjelasan BMKG
Kegiatan kampanye tersebut diselenggarakan pada Rabu-Kamis, 15-16 Mei 2024 di Jakarta.
Orientasi ini adalah bagian dari kegiatan Program COCHAP atau Coastal Climate and Heat Action Plan dukungan Palang Merah Amerika.
Sebanyak 15 personel PMI mengikuti orientasi yang difasilitasi oleh fasilitator dari PMI dan eksternal. Mereka merupakan personel PMI dari wilayah program, yaitu Jawa Timur (Kota Surabaya) dan Sumatra Utara (Kota Medan).
BACA JUGA: World Water Day, Perubahan Iklim dan Ancaman Krisis Air
Para peserta diedukasi tentang bagaimana melakukan cara-cara komunikasi secara personal dan bagaimana memaksimalkan media sosial untuk penyebaran informasi secara daring.
Kepala Biro Humas dan Hubungan Internasional PMI Pusat Andreane Tampubolon menambahkan, beberapa target audiens yang akan disasar saat kampanye nanti adalah pekerja luar ruang, seperti supir ojek, pekerja bangunan, dan pedagang yang rentan terkena paparan cuaca panas,
“Tidak hanya secara tatap muka, peserta juga ditingkatkan skill-nya untuk melakukan komunikasi melalui media sosial,” ujarnya
BACA JUGA: Diusulkan Indonesia pada World Water Forum, Apa itu Zero Delta Q?
Country Program Manager Palang Merah Amerika Muchrizal Haris mengatakan, orientasi menjadi penting agar relawan dapat menjalankan kampanye di masyarakat dengan baik.
Untuk menguatkan kampanye, Palang Merah Amerika mendukung melakukan kajian-kajian tentang fenomena cuaca panas ekstrem bersama PMI dan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika).
“Fenomena panas ekstrem adalah hal baru, sehingga kami perlu melakukan berbagai kajian untuk mengetahui lebih dalam tentang panas ekstrem, termasuk untuk mengetahui tingkat kelembaban dan temperature minimal sehingga dinyatakan panas ekstrem,” kata Haris.
BACA JUGA: Hadapi Perubahan Iklim, BRIN Dorong Penguatan TTG Bidang Pertanian
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksikan, sebagian besar wilayah Indonesia, yaitu sebanyak 63,66% Zona Musim (ZOM) akan memasuki periode musim kemarau pada Mei hingga Agustus 2024.
Memasuki periode Mei, sebagian wilayah Indonesia mulai mengalami awal kemarau dan sebagian wilayah lainnya masih mengalami periode peralihan musim atau pancaroba.
Hal ini mengakibatkan fenomena suhu panas dan kondisi cerah di siang hari masih mendominasi di awal Mei 2024.