JAKARTA, Quarta.id– Saat membuka Google hari ini, Senin (29/4/2024), Anda akan menemukan doodle animasi yang menampilkan tari Rangkuk Alu.
Pada animasi berlatar warna hijau muda tersebut terlihat sepasang kaki yang sedang melompat di antrara dua batang bambu yang digerakkan seolah hendak menjepit kaki tersebut.
Bagaimana sejarah tari Rangkuk Alu dan apa makna filosof dari kesenian asal Manggara, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini?
BACA JUGA: Kampung Adat di NTT Ini Dinobatkan sebagai Desa Tercantik Kedua di Dunia Versi Time Out
Tari Rangkuk Alu awalnya merupakan sebuah permainan tradisional masyarakat Manggarai.
Dalam permaianan ini, bambu disusun dan dimainkan dengan cara diayunkan seperti menjepit oleh beberapa orang pemain.
Salah satu atau dua dari pemain akan melompat-lompat menghindari jepitan dari bambu ini.
Pada saat melompat-lompat menghindari jepitan, para pemain seakan melakukan gerakan tari. Dari situlah awal terbentuknya dari gerakan dasar tari Rangkuk Alu ini.
Gerakan para penari dan pemain bambu ini kemudian dipadukan dengan irama musik serta lagu daerah sehingga akan menghasilkan seni yang khas, yakni tari Rangkuk Alu.
BACA JUGA: Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat Bebani Rakyat dan Berpotensi Langgar UU
Permainan Rangkuk Alu dimainkan oleh dua kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4 hingga 6 orang. Tidak hanya dimainkan oleh anak-anak tarian juga bisa dilakukan orang dewasa.
Saat menari, penari biasanya mengenakan rok panjang, hiasan kepala, atau mengibaskan ujung selendang saat menavigasi bambu.
Dulu, tarian ini sering ditampilkan pada saat usai panen raya dan pada saat bulan purnama. Di saat itulah para remaja berkumpul dan juga meramaikan acara ini.
BACA JUGA: Napak Tilas Peradaban Kepulauan Selayar pada Ajang Muhibah Budaya Jalur Rempah 2023
Masyarakat Manggarai juga menemukan nilai spiritual dan filosofis dalam tarian tersebut. Melalui tarian ini penari melatih ketangkasan, keseimbangan, dan koordinasi.
Masyarakat yang turut menari juga dianggap ikut berkontribusi melestarikan kekayaan budaya tradisional warisan leluhur.