JAKARTA, Quarta.id- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan kondisi cuaca pada sejumlah daerah akan diwarnai adanya peningkatan curah hujan dengan intensitas bervariasi.
Melalui siaran pers yang diterbitkan Selasa (16/4/2024), Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengatakan kondisi ini dipicu oleh aktifnya beberapa fenomena dinamika atmosfer, antara lain: aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial.
Fenomena itu diprakirakan aktif di sebagian wilayah Sumatra bagian selatan, Jawa bagian tengah hingga timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan bagian tengah hingga utara.
BACA JUGA: BMKG Sebut Indonesia Masuk Musim Pancaroba, Ini 4 Penyakit pada Si Kecil Yang Perlu Moms Wapadai
Hal yang sama diprakiran terjadi di Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua yang dapat meningkatkan potensi hujan di wilayah tersebut dalam sepekan ke depan.
Kepala Pusat Meteorologi Publik Andri Ramdhani menambahkan bahwa potensi hujan dengan intensitas SEDANG-LEBAT yang disertai kilat/petir dan angin kencang berpeluang terjadi pada periode 16 – 21 April 2024.
BMKG juga mengimbau masyarakat untuk mengenali potensi bencana di lingkungannya dan mulai memahami cara mengurangi risiko bencana tersebut, misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan,bergotong royong menjaga kebersihan dan menata lingkungan sekitarnya.
BACA JUGA: Cuaca Terik Sebabkan Gangguan Mental? Ini Penjelasannya
Sementara itu, laman Unit Pelaksana Kesehatan (UPK) Kementerian Kesehatan RI upk.kemkes.go.id, memberikan warning beberapa gangguan kesehatan yang menjadi penyerta saat musim hujan, salah satunya adalah leptospirosis.
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Bakteri ini dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi. Beberapa hewan yang tergolong sebagai perantara penyebaran leptospirosis adalah tikus, sapi, anjing, dan babi.
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang ditularkan melalui kencing tikus berupa bakteri yang masuk melalui kulit yang lecet atau selaput lendir pada saat kontak dengan banjir atau genangan air sungai hingga selokan dan lumpur.
BACA JUGA: Waspada Flu Singapura, Ahli IDI Paparkan Gejala, Penyebab, dan Cara Mencegah Penularannya
Penularan bakteri Leptospira ke manusia dapat terjadi akibat hal-hal seperti kontak langsung antara kulit dengan urine hewan pembawa bakteri
Salain itu, dapat pula terjadi karena kontak antara kulit dengan air dan tanah yang terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri
Konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri juga dapat menjadi pemicunya.
BACA JUGA: Hari Kesehatan Sedunia 2024, Ini Hak Kesehatan Warga yang Harus Dipenuhi Negara
Bakteri Leptospira dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka, baik luka kecil seperti luka lecet, maupun luka besar seperti luka robek. Bakteri ini juga bisa masuk melalui mata, hidung, mulut, dan saluran pencernaan.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi risiko penyebaran infeksi leptospirosis, yaitu mengenakan pakaian pelindung, sarung tangan, sepatu bot, dan pelindung mata, saat bekerja di area yang berisiko menularkan bakteri Leptospira.
Publik juga diimbau untuk tidak berendam atau berenang di air danau, sungai, atau kubangan.
BACA JUGA: Digemari Sophia Latjuba Hingga Nagita Slavina, Ini Sederet Manfaat Daun Kelor Untuk Kesehatan
Mengonsumsi air minum yang sudah terjamin kebersihannya, mencuci tangan setiap sebelum makan dan setelah kontak dengan hewan
“Selain itu, penting untuk mencuci buah dan sayuran dengan air bersih sebelum mengolahnya,” tulis laman upk.kemkes.go.id.
Menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan lingkungan rumah bebas dari dan melakukan vaksinasi pada hewan peliharaan dan ternak