Refleksi Hari Peduli Sampah Nasional: Peneliti Sebut Tiga Pulau di Kepulauan Seribu Terkontaminasi Mikroplastik

Ahmad Riyadi
Ilustrasi pengambilan sampel air laut untuk kepentingan uji lab terkait kandungan mikroplastik pada beberapa pulau dalam wilayah Kepulauan Seribu, Jakarta. (Foto: Dok. AZWI)
Ilustrasi pengambilan sampel air laut untuk kepentingan uji lab terkait kandungan mikroplastik pada beberapa pulau dalam wilayah Kepulauan Seribu, Jakarta. (Foto: Dok. AZWI)

JAKARTA, Quarta.id- Memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2025, Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) beserta anggotanya mengajak para jurnalis untuk mengikuti Media Tour 4.0.

Acara ini mengangkat tema “Dari Air ke Rantai Makanan: Mengungkap Ancaman Mikroplastik di Sekitar Kita” pada Sabtu, 22 Februari 2025 lalu.

Adapun agenda utama dari tur ini adalah pengujian sampel mikroplastik di tiga pulau terdekat dari Jakarta, yakni Pulau Untung Jawa, Pulau Onrust, dan Pulau Cipir.

BACA JUGA: Peneliti dan Aktivis Lingkungan Ingatkan Potensi Bahaya Mikroplastik pada Jajanan Anak

Hasil uji terhadap sampel yang dikumpulkan dari ketiga pulau tersebut menunjukkan fakta terkait bahaya mikroplastik.

“Seluruh sampel yang diuji positif mengandung serpihan mikroplastik. Mikroplastik tidak hanya ditemukan di perairan sekitar pulau, tetapi juga di permukaan daun tanaman hingga swab kulit masyarakat setempat,” tulis siaran pers dari Aliansi Zero Waste Indonesia, Selasa (25/2/2025).

Kepala Laboratorium Ecoton (anggota AZWI), Rafika Aprilianti menyebutkan hasil temuan mikroplastik di air, daun, dan swab kulit tangan masyarakat lokal di Kepulauan Seribu, yang mencakup Pulau Cipir, Untung Jawa, dan Onrust.

BACA JUGA: Lakukan Penelitian di Kepulauan Selayar, Akademisi Ini Ingatkan Bahaya Mikroplastik

Pencemaran mikroplastik pada daerah itu, disebut telah menyebar luas hingga ke lingkungan pesisir dan kehidupan manusia.

“Ditemukannya mikroplastik dalam bentuk fiber dari kain, film dari plastik tipis lentur, fragmen dari plastik keras, serta foam dari styrofoam dan busa sintetis mengindikasikan berbagai sumber pencemaran, baik dari limbah domestik, aktivitas wisata, maupun pembakaran sampah,” sebut Rafika.

Penelitian Ecoton menyebutkan bahwa mikroplastik menempel pada kulit manusia menjadi bukti bahwa paparan terhadap polutan ini tidak hanya terjadi melalui makanan dan minuman, tetapi juga melalui kontak langsung dengan lingkungan,” ujarnya. 

BACA JUGA: Moms Perlu Waspada, Ada Bahaya di balik Takjil atau Makanan yang Dibungkus Plastik

Keberadaan mikroplastik di ekosistem, pesisir, kata Rafika, berisiko bagi kesehatan masyarakat dan kehidupan laut karena partikel-partikel kecil ini dapat masuk ke dalam rantai makanan dan berpotensi membawa bahan kimia berbahaya. 

“Temuan ini menjadi alarm bahwa pengelolaan sampah yang lebih baik serta pengurangan penggunaan plastik sekali pakai sangat diperlukan untuk melindungi lingkungan dan kesehatan manusia,” tambahnya.

Senada dengan data yang ditemukan AZWI, data yang dihimpun oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta juga menyebutkan terdapat peningkatan jumlah mikroplastik di perairan Jakarta di setiap tahunnya. 

BACA JUGA: Ramadan dan Food Waste yang Makin Memprihatinkan

“Pemantauan kelimpahan mikroplastik ini kami lakukan sejak 2022, berdasarkan KepGub Provinsi DKI Jakarta No 322 tahun 2022. Penelitian ini dilakukan di dua musim, musim kemarau dan musim hujan, dan terlihat memang ada peningkatan jumlah mikroplastik di tiap tahunnya,” papar Rahmawati, Kepala Sub Kelompok Pemantauan Kualitas Lingkungan DLH DKI Jakarta.

Sementara itu, Manajer Divisi Edukasi Ecoton, Alaika Rahmatullah menegaskan bahwa hingga kini, Indonesia belum memiliki baku mutu mikroplastik, padahal partikel ini telah ditemukan di seluruh komponen ekosistem.

BACA JUGA: Presiden Baru dan “Bom Waktu” Bernama TPA

“Tanpa regulasi yang jelas, risiko pencemaran dan paparan mikroplastik akan terus meningkat,” ucap Alaika.

“Kami mendesak pemerintah, industri, dan masyarakat untuk segera bertindak. Upaya mitigasi yang dapat dilakukan diantaranya pemerintah harus mempercepat penerapan kebijakan pengurangan plastik dan memperluas larangan plastik sekali pakai, merancang kebijakan transisi ke sistem kemasan guna ulang sebagai solusi berkelanjutan,” imbuhnya. 

Ikuti Kami :
Posted in

BERITA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *