Lakukan Penelitian di Kepulauan Selayar, Akademisi Ini Ingatkan Bahaya Mikroplastik

admin
Noir P. Purba (kiri), Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan UNPAD saat mempresentasikan hasil penelitian mengenai sampah plastik di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Foto: Istimewa
Noir P. Purba (kiri), Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan UNPAD saat mempresentasikan hasil penelitian mengenai sampah plastik di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Foto: Istimewa

Kepulauan Selayar- Dosen dari Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Padjajaran Bandung (UNPAD) Noir Primadona Purba mengingatkan bahaya mikroplastik bagi lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada  kesehatan manusia.

“Mikroplastik dihasilkan oleh plastik yang tergerus karena pengaruh suhu dan cuaca, lalu membentuk partikel kecil dan menyebar pada lingkungan kita, di udara dan didalam laut,” kata Noir saat memaparkan hasil penelitian yang dilakaukannya di Selayar pada sejumlah stakeholder di daerah tersebut,  Jum’at (14/1/2022)

Lebih lanjut Noir menjelaskan cara mikroplastik sampai ke tubuh manusia dan menjadi pemicu berbagai gangguan kesehatan. “Di laut, mikroplastik dikenali oleh ikan sebagai makanan. Saat dikonsumsi oleh ikan, mikroplastik akan mengendap dalam tubuhnya dalam jangka waktu yang lama,” lanjut Noir.

Noir juga memaparkan penelitian sejumlah lembaga yang menyebut paparan mikroplastik pada ikan yang sejauh ini menjadi sumber makanan bagi manusia. “Beberapa referensi menyebut bahwa mikroplastik yang terjebak dalam tubuh manusia berpotensi menjadi agregasi parasit dan menyebarkan polutan organik secara terus menerus,” lanjut Noir.

Mikroplastik juga berpotensi menjadi racun bagi sistem imun, sistem saraf, sistem endokrin, dan sistem reproduksi, serta memicu pertumbuhan sel kanker, reaksi alergi, kerusakan sel, gangguan metabolisme, dan gangguan hormon.

Noir mengingatkan bahaya polusi mikroplastik yang akan semakin massif jika pemangku kepentingan dan seluruh elemen terkait tidak membangun komitmen untuk meminimalkan pemakaian plastik sekali pakai yang sejauh ini memberi kontribusi pada keberadaan mikroplastik di lingkungan kita.

“Solusinya ya harus ada penguatan baik itu dilevel kebijakan, infrastruktur dan sistem serta edukasi yang harus dilakukan secara paralel,” tandasnya.

Ikuti Kami :
Posted in

BERITA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *