ENTIKONG, Quarta.id- Universitas Indonesia (UI) melalui Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) beserta Direktorat Pengabdian Masyarakat dan Inovasi Sosial (DPIS) berkolaborasi dengan Yayasan Pandu Cendekia mengadakan program pemberdayaan UMKM di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau.
Entikong adalah kecamatan di Kalimantan Barat, yang berbatasan langsung dengan Malaysia.
Dikutip daru ui.ac.id, kegiatan dimaksud bertemakan “Penguatan UMKM di Wilayah Perbatasan” ini bertujuan untuk memberikan berbagai pelatihan kepada warga setempat.
Ide penguatan UMKM di Entikong didasarkan pada kondisi dimana wilayah ini mempunyai kerajinan dan kuliner khas yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Salah satu yang menjadi unggulan adalah kerajinan kalaya. Kerajinan berbentuk anyaman tradisional tersebut dibuat dari bahan-bahan alam, seperti daun pandan hutan, rotan, dan resam.
Hasil dari anyaman kalaya sangat beragam, mulai dari keranjang laundry, caping (topi petani), tas, dan keranjang belanja.
Kerajinan ini tidak hanya memiliki nilai pakai, tetapi juga menjadi bagian dari ekspresi budaya lokal. Namun, banyak pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang kesulitan memasaran produk kerajinannya karena tidak menguasai pemasaran digital, seperti memotret produk yang menarik, mengelola media sosial, dan menjual secara online.
Program pemberdayaan berfokus pada peningkatan daya saing produk lokal yang diikuti oleh 50 peserta dari pelaku UMKM, warga lokal, serta perwakilan komunitas masyarakat.
Program ini dijalankan oleh Tim Pengabdian Masyarakat dari Departemen Biologi FMIPA UI yang diketuai oleh Dr. Retno Lestari, M.Si., dengan anggota, yaitu Fajar Reza Budiman, Windya Fajira, Amelia Said, dan Hedza Fadli Robbina.
BACA JUGA: Keren! Mahasiswa ITB Ciptakan Inovasi untuk Minimalkan Lakalantas Akibat Sopir Mengantuk
Menurut Dr. Retno, Entikong merupakan wilayah strategis karena menjadi salah satu pintu utama perdagangan lintas negara.
Tim Pengabdi memberikan pelatihan agar pelaku UMKM di Entikong mampu memasarkan produknya secara online. Pelatihan yang diberikan mencakup lokakarya pengemasan produk, pelatihan pemasaran digital, manajemen keuangan, hingga sosialisasi terkait legalitas usaha seperti Nomor Induk Berusaha (NIB) dan sertifikasi halal.
“Untuk bersaing di pasar nasional, produk lokal Entikong harus didukung dengan pengemasan yang menarik, strategi pemasaran yang tepat, pencatatan keuangan yang rapi, serta legalitas yang jelas,” ujar Dr. Retno.
BACA JUGA: Riset Universitas Padjajaran: Kesadaran Perempuan Pekerja Terkait Kesehatan Reproduksi Masih Rendah
Selain pemaparan materi, peserta mengikuti sesi praktik pembuatan branding produk, desain logo sederhana, label kemasan, serta pemanfaatan media sosial sebagai sarana promosi. Para pelaku usaha dibekali kemampuan menyusun pembukuan kas sederhana untuk memisahkan keuangan pribadi dan usaha.
Tim Pengabdi juga membuka Forum Group Discussion (FGD) bersama pelaku UMKM guna membahas tantangan—seperti lemahnya pencatatan keuangan dan penurunan daya beli masyarakat—yang membutuhkan inovasi produk secara berkelanjutan.
Selanjutnya, Tim UI memberikan solusi langsung, termasuk teknik fotografi produk untuk promosi digital, serta strategi peningkatan visibilitas melalui platform daring.