Jakarta, Quarta.id- Rasio kewirausahaan Indonesia masih rendah. Rendahnya angka kewirausahaan ini dinilai menjadi salah satu faktor penghambat pertumbuhan ekonomi menghadapi Indonesia Emas 2045.
Akademisi dan mantan Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) 2014-2019, Kadarsah Suryadi. menjelaskan, berdasarkan data pada 2019, hanya 8,2 juta penduduk Indonesia yang berwirausaha (3,3%).
BACA JUGA: Cawapres Adu Gagasan Bangun Desa, Siapa Unggul? Ini Penilaian Pakar IPB
Angka ini tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Thailand dan Singapura. Hal tersebut menyebabkan Indonesia berada di peringkat 75 dari 137 negara berdasarkan kemampuan menghadirkan kewirausahaan.
“Rendahnya angka kewirausahaan di Indonesia juga ditunjang faktor penyediaan pusat pelatihan kewirausahaan. Akibatnya masih sedikit masyarakat Indonesia yang memanfaatkan teknologi untuk berwirausaha,” ungkap Kadarsah Suryadi pada diskusi Forum Guru Besar (FGB) ITB dengan tema “Tantangan dan Peluang Indonesia Emas 2045”, dikutip dari laman resmi ITB, itb.c.id Selasa (30/1/2024).
Forum FGB ITB digelar untuk memberikan referensi kepada calon presiden terpilih pada Pilpres 2024.
“Kewirausahaan merupakan salah satu skill yang harus dimiliki untuk menciptakan kehidupan yang berkelanjutan,” ujarnya.
Solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan angka kewirausahaan Indonesia yakni dengan penyediaan pusat pelatihan kewirausahaan kepada masyarakat berbasis sains dan teknologi.
“Sehingga akan semakin banyak startup berbasis digital. Dengan hadirnya startup, pemerintah juga dapat kooperatif dengan memberikan kemudahan akses dan penyediaan dana, keringanan pajak, serta insentif untuk berwirausaha,” ujarnya.
Kadarsah menambahkan, dengan meningkatkan kerja sama antara peneliti dan sektor industri melalui penyediaan Science and Techno Park akan semakin banyak inovasi yang lahir untuk pembangunan negeri.