JAKARTA, Quarta.id– Kritik keras yang disampaikan para guru besar dan civitas akademika sejumlah perguruan tinggi dinilai bisa mencegah pihak tertentu melakukan kecurangan dalam pemilu.
Pengamat politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor mengatakan, indikasi kecurangan dalam pemilu telah dilihat oleh para akademisi sehingga mereka lantang bersuara.
“Jika akademisi sebagai penjaga moral intelektual sudah memberi warning seperti itu, itu indikasi telah terjadi kerusakan yang cukup berat yang dipraktikkan oleh penguasa,” ujarnya kepada Quarta.id, Minggu (4/2/2024).
BACA JUGA: Giliran UII Yogyakarta Kritik Jokowi, Singgung Sikap Kenegarawanan yang Memudar
Firman meyakini gerakan para guru besar dan segenap civitas akademika itu jauh dari kepentingan politik. Rumusan masalah dan solusi yang disampaikan para akademisi disebutnya jernih dalam melihat persoalan bangsa.
Pekan lalu, kritik terhadap Jokowi disampaikan secara bergantian oleh guru besar dari sejumlah kampus, di antaranya Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Padjadjaran (Unpad).
BACA JUGA: Anies, Prabowo, atau Ganjar yang Bakal Kuasai Panggung Debat Terakhir? Ini Analisis Pengamat
Intinya, akademisi meminta Presiden Jokowi dan seluruh pejabat negara netral dan pelaksanaan pemilu dengan adil dan tanpa ada kecurangan. Para akademisi tersebut melihat indikasi pemilu tidak akan berjalan sesuai dengan aturan.
Jokowi merespons kritikan tersebut dengan santai dan menyebutnya sebagai hak orang mengkritik dalam demokrasi.
BACA JUGA: Jokowi Disebut Akan Pacu Semua Potensi untuk Menangkan Prabowo-Gibran Satu Putaran
Firman melanjutkan, Presiden Jokowi saat ini bisa saja abai dan menganggap sepele desakan dari kalangan kampus tersebut. Apalagi jika gerakan tersebut skalanya dianggap belum mengancam kekuasaan.
“Jokowi akan berpikir, gawat nggak secara kekuasaan. Kalau belum, dia akan tetap cuek. Itu karena Presiden melihat skala gerakan, bukan substansi. Padahal secara substansi, apa yang disampaikan akademisi hal yang sangat urgen,” ujarnya.
BACA JUGA: Jokowi Klarifikasi soal Presiden Boleh Berpihak: Jangan Ditarik ke Mana-mana
Firman menyebut apa yang disampaikan kalangan kampus itu mewakili keresahan banyak orang di republik ini. Namun, dia mengaku belum melihat gerakan kalangan kampus tersebut akan mengarah ke pemakzulan Presiden.
BACA JUGA: Perludem Desak Jokowi Tarik Pernyataan soal Presiden dan Menteri Boleh Berpihak
Namun, dia melihat gerakan moral tersebut setidaknya akan membuat praktik tidak adil dalam pemilu ini terhenti.
“Ada keyakinan pemilu ini tidak berjalan fair. Ketidak-fair-an yang dipraktikkan itu kini langsung dipotong. Ini momentum menjaga pemilu tanpa harus menghancurkan rezimnya,” tandasnya.