JAKARTA, Quarta.id- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menekankan pentingnya optimalisasi operasi modifikasi cuaca dalam menghadapi kerawanan kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Hal ini disampaikan dalam rapat koordinasi di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenkopolhukam) Senin (3/6/2024) dikutip dari bmkg.go.id.
Rapat tersebut dilaksanakan dalam rangka menghadapi ancaman kekeringan dan kebakaran hutan serta lahan (karhutla) dipimpin oleh Menko Polhukam, Hadi Tjahjanto.
BACA JUGA: Antisipasi Kekeringan, BMKG Gandeng PUPR, BRIN, dan TNI Lakukan Operasi Modifikasi Cuaca
Dalam paparan yang disampaikan oleh Dwikorita, diperkirakan kekeringan akan mendominasi wilayah Indonesia mulai Juni hingga September 2024.
BMKG menekankan pentingnya optimalisasi operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengatasi kekeringan dan risiko karhutla.
Data BMKG menunjukkan beberapa lokasi mengalami hari tanpa hujan selama 31-60 hari, terutama di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, dan Sulawesi Selatan.
BACA JUGA: Hadapi Perubahan Iklim, BRIN Dorong Penguatan TTG Bidang Pertanian
“Modifikasi cuaca diperlukan di zona-zona berwarna coklat (curah hujan rendah, kurang dari 20 mm), terutama di Sumatera, Jawa, dan NTT, mulai Juni hingga September” Kata Dwikorita pada Rakor tersebut.
Menurut Dwikorita, bahwa BMKG memprediksi awal musim kemarau 2024 sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami musim kemarau dalam tiga bulan ke depan.
Pada bulan Juni, musim kemarau diperkirakan akan melanda sebagian besar Pulau Sumatera, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Maluku bagian Kepulauan Aru dan Tanimbar, serta Papua dan Papua Selatan.
BACA JUGA: Cuaca Terik Sebabkan Gangguan Mental? Ini Penjelasannya
“Oleh karena itu, perlu adanya penguatan kapasitas modifikasi cuaca nasional, termasuk infrastruktur, sumber daya manusia dan dukungan dari berbagai kementerian/lembaga,” tambahnya.
Potensi kebakaran di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Nusa Tenggara cukup tinggi dengan beberapa titik panas yang terdeteksi. Koordinasi dan dukungan semua pihak sangat penting untuk mengatasi tantangan ini.
BACA JUGA: Gelombang Panas Landa Asia, Bagaimana dengan Indonesia? Ini Penjelasan BMKG
Adapun Menkopolhukam Hadi Tjahjanto menyabut, pihaknya akan melakukan penyemaian awan dan menurunkan hujan melalui teknologi modifikasi cuaca (TMC).
Dilaporkan ada 6 provinsi prioritas yang sudah direncanakan untuk melakukan TMC, termasuk laporan dari seluruh provinsi yang sudah menjadi target pelaksanaan TMC.