Hancur Terbakar, Ekosistem Savana Gunung Bromo Butuh Waktu Puluhan Tahun untuk Pulih

Bakti M. Munir
Pemandangan di kawasan Gunung Bromo, Senin (11/09/2023) lalu,  atau beberapa hari setelah mengalami kebakaran hebat. (Foto: @BPBDProbolinggo)
Pemandangan di kawasan Gunung Bromo, Senin (11/09/2023) lalu, atau beberapa hari setelah mengalami kebakaran hebat. (Foto: @BPBDProbolinggo)

JAKARTA, Quarta.id- Kebakaran yang telah menghanguskan padang savana Gunung Bromo menyisakan kerusakan ekologi yang parah.

Diperkirakan butuh waktu hingga puluhan tahun untuk memulihkan ekosistem savana di kawasan tersebut setelah hancur dilalap api.

Luas kebakaran di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) yang diduga dipicu flare foto prewedding pengunjung mencapai 500 hektare.

BACA JUGA: Menyedihkan, Satwa dan Tumbuhan Langka Ini Terancam Punah akibat Kebakaran Bromo

Pakar keanekaragaman hayati yang juga Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna menjelaskan, tanda-tanda adanya pemulihan ekosistem dapat  terlihat dalam beberapa bulan hingga satu tahun setelah kebakaran.

Pemulihan ditandai dengan tumbuhnya rumput baru dan tumbuh-tumbuhan lainnya di lokasi bekas kebakaran.

“Namun, ekosistem savana mungkin memerlukan waktu beberapa tahun hingga puluhan tahun untuk pulih sepenuhnya ke kondisi sebelum kebakaran,” jelasnya kepada Quarta.id, Jumat (15/09/2023).

Dia melanjutkan, secara teori, pemulihan ekosistem savana setelah kebakaran sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tingkat keparahan dan frekuensi kebakaran, ketahanan vegerasi yang ada, kondisi iklim dan tanah, serta kehadiran spesies invasif setelah kebakaran.

BACA JUGA: Mencintai Satwa Bukan Dengan Cara Memiliki, tapi Membiarkannya Lepas di Alam Bebas

“Selain itu, pemulihan savana juga dipengaruhi keberadaan satwa liar yang menjadi agen penyebar biji, serta seberapa besar intervensi manusia untuk membantu proses pemulihan ekosistem,” ujar pengajar di Program Studi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan ini.

Selain kerugian ekologis, Indonesia juga berpotensi kehilangan keanekaragaman hayati yang unik dan langka akibat kebakaran savana Bromo.

Menurut Dolly, savana di Bromo merupakan habitat bagi tumbuhan endemik, yakni melelo (Styphelia javanica) dan anggrek tanah tosari (Habenaria tosariensis).

BACA JUGA: Artis Hobi Pelihara Satwa Liar, Ini Pesan Menohok Davina dan Ramon Y Tungka

Selain itu, terdapat pula satwa karismatik seperti macan tutul jawa (Panthera pardus melas) dan burung endemik elang jawa (Nisaetus bartelsi). Khusus elang jawa dan macan tutul jawa, penyebarannya hanya terbatas di beberapa tempat saja di Pulau Jawa.

Satwa dan tumbuhan langka tersebut kini terancam kelestariannya akibat habitat yang musnah.

Kebakaran hutan dan lahan di kawasan wisata Gunung Bromo terjadi pada Rabu (06/09/2023) dan berlangsung hingga lebih sepekan. Sejak Kamis (14/09/2023) api mulai padam.

Penyebab kebakaran  diduga akibat kecerobohan pengunjung yang melakukan foto prewedding menggunakan flare.

Percikan api dari flare kemudian membakar habis lahan dan hutan di kawasan yang menjadi lokasi favorit wisatawan tersebut.

Ikuti Kami :
Posted in

BERITA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *