JAKRATA, Quarta.id- Hingga hari ini, lndonesia masih dihadapkan pada persoalan gizi. Selain stunting yang banyak diperbincangkan belakangan ini, masalah lain yang terus menjadi fokus pemerintah adalah kelebihan gizi (obesitas) dan anemia.
Website Pusat Kesehatan dan Gizi Manusian, Fakultas Kedokteran UGM, pkgm.fk.ugm.ac.id pada September 2023 lalu menyebut anemia adalah keadaan ketika tubuh kekurangan sel darah merah fungsional atau kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 12 g/dL pada perempuan dan kurang dari 13,5 g/dL pada laki-laki.
BACA JUGA: Hati-hati Bunda, Ini Penyebab Makin Banyak Anak Terkena Diabetes!
Di Indonesia, anemia rentan terjadi pada kelompok remaja (usia 10-18 tahun). Tidak hanya remaja perempuan, tetapi remaja laki-laki juga berisiko mengalami anemia. Hanya saja, prevalensi anemia pada perempuan 6% lebih tinggi daripada laki-laki.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi anemia pada kelompok remaja dari tahun 2007 hingga 2018.
Laman promkes.kemenkes.go.id menyampaikan 32 persen remaja Indonesia atau setara dengan3 sampai 4 dari 10 orang menderita anemia.
BACA JUGA: Mengenal Social Anxiety Disorder, Gangguan Kesehatan Mental yang Paling Banyak Menimpa Remaja Indonesia
Asupan total zat besi pada anak perempuan usia 10–12 tahun yang menderita anemia hanya sebesar 5,4 mg/hari, lebih rendah daripada kebutuhan perhari sebesar 20 mg/hari sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013.
Dan yang mengkhawatirkan adalah resiko remaja putri (rematri) yang menderita anemia ketika menjadi ibu hamil memiliki potensi melahirkan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan stunting.
Anemia juga memperbesar resiko kematian seorang ibu saat proses melahirkan. Sementara dalam jangka pendek, remaja putri yang alami anemia berdampak buruk terhadap penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran remaja dan produktifitas.
BACA JUGA: Sedang Program Diet, Ini Manfaat Daun Genjer yang Bantu Turunkan Berat Badan
Untuk mencegah anemia, Pusat Kesehatan dan Gizi Manusian, Fakultas Kedokteran UGM mendorong upaya peningkatan pengetahuan dan kepedulian akan anemia.
Selain itu, masyarakat terutama remaja putri dianjurkan mengonsumsi sumber protein hewani, seperti ayam, telur, ikan, dan daging untuk meningkatkan pembentukan Hb.
Konsumsi akanan atau minuman yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi, seperti sayur dan buah yang mengandung vitamin C dan seng juga dapat meminimalkan gejala anemia.
Selain itu ada beberapa hal yang perlu dihindari seperti konsumsi makanan atau minuman yang dapat menghambat penyerapan zat besi setelah makan, seperti teh dan kopi.serta tablet tambah darah (TTD) bersamaan dengan obat asam lambung, susu, teh, maupun kopi.