Tim PKM FMIPA UNM Bina Warga Herlang di Kabupaten Bulukumba, Ubah Limbah Kayu Jadi Sumber Pendapatan Baru

Ahmad Riadi
Simulasi pembuatan produk briket dan selulosa oleh Tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) UNM Makassar di Kecamatan Herlang, Kabupaten Bulukumba, Sabtu (09/8/2025). (Foto; Istimewa)
Simulasi pembuatan produk briket dan selulosa oleh Tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) UNM Makassar di Kecamatan Herlang, Kabupaten Bulukumba, Sabtu (09/8/2025). (Foto; Istimewa)

BULKUMBA, Quarta.id- Jika limbah kayu sisa aktivitas pertukangan sejauh ini lebih banyak terbuang menjadi limbah, lewat pendekatan kimia terapan, material yang kerap dianggap tak bernilai ini, berpotensi menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat.

Adalah Tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Universitas Negeri Makassar (UNM) Makassar, yang berinisiatif untuk mengubah limbah pertukangan kayu menjadi produk briket dan selulosa.

Melalui program kemitraan dengn DRTPM Kemendiktisaintek ini, tim dari Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Makassar (UNM) menghadirkan portfolio pemanfaatan limbah kayu pada Kelompok Usaha Bersama (KUB) Adrian di Desa Gunturu, Kecamatan Herlang, Kabupaten Bulukumba.

BACA JUGA: Keren! Mahasiswa ITB Ciptakan Inovasi untuk Minimalkan Lakalantas Akibat Sopir Mengantuk

Briket dan selulosa merupakan komponen yang menjadi kebutuhan dalam dunia industri, sehingga kedepan, binaan PKM UNM ini berpeluang menjadi aktivitas turunan dari para pengrajin dan pegiat pertukangan.

Adapun tm pengusul dari program PKM dimaksud, diketuai oleh Rini Perdana, S.Si., M.Sc, beranggotakan Fibri Indira Lisanty, S.Pd., M.Pd, dan Elfira Jumrah, S.Si., M.Si, serta melibatkan dua mahasiswa.

Dalam sambutannya, Rini Perdana menjelaskan bahwa serbuk gergaji yang melimpah di bengkel pengrajin sering kali dianggap sebagai limbah.

BACA JUGA: Peneliti dan Aktivis Lingkungan Ingatkan Potensi Bahaya Mikroplastik pada Jajanan Anak

Padahal menurut Rini, jika diolah dengan metode yang tepat, limbah tersebut dapat diubah menjadi briket bahan bakar ramah lingkungan atau diekstraksi menjadi selulosa yang memiliki banyak aplikasi industri.

“Kami ingin menghadirkan solusi yang bukan hanya ramah lingkungan, tetapi juga mampu meningkatkan pendapatan para pengrajin. Limbah serbuk gergaji memiliki potensi besar untuk diolah menjadi produk bernilai jual tinggi,” ujar Rini di sela kegiatan, Sabtu (09/8/2025).

Peserta pelatihan diberikan pemahaman terkait karakteristik serbuk kayu, proses pengeringan, pemadatan dengan perekat alami, hingga pembentukan briket dengan ukuran dan kepadatan yang sesuai standar pasar.

BACA JUGA: Kolaborasi ITB, UI dan Universitas Hasanuddin Edukasi Anak Muda di Kepulauan Selayar Jadi Pribadi Melek Bencana

“Selain itu, strategi pemasaran juga perlu mendapatkan perhatian agar produk briket dan selulosa dari limbah kayu ini dapat diproduksi secara massal,” ucap pemateri lain, Fibri Indira Lisanty.

Ia menekankan bahwa kualitas produk saja tidak cukup; kemasan yang menarik dan strategi pemasaran yang tepat akan menentukan daya saing produk di pasaran.

“Pemasaran berbasis digital adalah peluang besar yang harus dimanfaatkan,” lanjut Fibri.

BACA JUGA: Selamat! Enam Perguruan Tinggi Indonesia Jadi Pendatang Baru Peringkat Kampus Terbaik Dunia

Tim PKM UNM berkomitmen melakukan pendampingan lanjutan, termasuk uji kualitas briket, perhitungan biaya produksi, hingga penyusunan rencana bisnis sederhana.

Tujuannya, agar inovasi ini benar-benar dapat berjalan secara berkelanjutan dan memberikan kontribusi pada pendapatan kelompok dan masyarakat luas.

Dengan teknik sederhana dan bahan baku yang mudah, peluang produksi briket dan selulosa disebut dapat direplikasi secara massal.

BACA JUGA: Mengenal Desa Energi Berdikari: Program Pertamina untuk Energi Ramah Lingkungan Berbasis Desa

“Bukan hanya itu, rantai produksi briket dan selulosa dari limbah kayu, oleh tim PKM UNM diklaim lebihi ramah lingkungan dari cara konvensional lainny,a.

Briket dari serbuk gergaji memiliki emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan pembakaran langsung kayu atau arang tradisional.

“Sementara selulosa yang dihasilkan dapat menjadi bahan baku industri yang lebih ramah lingkungan dibandingkan sumber selulosa konvensional yang menebang pohon secara langsung,” ucap Rini.

BACA JUGA: Cara Unik Komunitas Lingkungan di Selayar Kampanyekan Kantong Belanja Ramah Lingkungan

Adapun para peserta pelatihan, mengaku memperoleh pengetahuan baru diluar rutinitas mereka sejauh ini.

Ketua KUB Adrian, Balakkaraeng, menyampaikan apresiasinya atas kegiatan ini.

“Selama ini kami hanya membuang serbuk gergaji atau membakarnya. Dengan pelatihan ini, kami jadi tahu cara mengubahnya menjadi produk yang bisa dijual. Kami akan berusaha mengembangkan ini sebagai usaha tambahan,” ungkapnya.

“Selama ini saya tidak pernah terpikir kalau serbuk kayu bisa jadi bahan untuk industri lain. Ini benar-benar membuka wawasan,” ujar Abdul Malik, peserta lain dari kegiatan dimaksud

Kegiatan PKM ini menjadi bukti nyata sinergi antara dunia akademik dan masyarakat. Dengan memanfaatkan keahlian dosen dan mahasiswa di bidang kimia, inovasi sederhana namun berdampak dapat dihadirkan untuk mengatasi persoalan nyata di masyarakat.

Ikuti Kami :
Posted in

BERITA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *