Desa Wisata Dinilai Miliki Peran Strategis pada Percepatan Pembangunan Nasional

Siti Lestari
Bukit Nane, salah satu objek wisata yang terdapat pada salah satu desa di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. (Foto: Istimewa)
Bukit Nane, salah satu objek wisata yang terdapat pada salah satu desa di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. (Foto: Istimewa)

JAKARTA, Quarta.id- Konsep Desa Wisata dinilai memiliki peran besar dalam mendorong percepatan pembangunan nasional. Pemerintah dapat menjadikan pariwisata perdesaan sebagai platform yang mendukung strategi percepatan pembangunan nasional secara berkelanjutan.

“Dengan melestarikan lingkungan, sekaligus menumbuhkan perekonomian yang berbasis keanekaragaman keunikan daya tarik akar budaya ke Indonesia-an,” ungkap Peneliti Pusat Riset Ekonomi Industri, Jasa, dan Perdagangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Roby Ardiwidjaja.

BACA JUGA: Maskapai ini Buka Rute Langsung dari Jakarta ke Silangit. Yuk, Kunjungi Desa Wisata Sekitar Danau Toba!

Pernyataan Roby disampaikan pada Forum Diskusi Budaya Pusat Riset Masyarakat dan Budaya (PRMB) dengan tema “Wisata Perdesaan: Strategi Percepatan Pembangunan Nasional dari Pinggir”, pada Senin (24/6/2024) yang diselenggarakan oleh BRIN secara daring dikutip dari brin.go.id.

Lebih jauh Roby mengutarakan, pariwisata perdesaan sebagai alat potensial untuk konservasi dan pembangunan yang berkelanjutan, serta meminimalisir urbanisasi dari dan ke kota.

“Keistimewaan perdesaan adalah ruang yang terbuka, interaksi dengan alam, terkait dengan warisan dunia, serta erat dengan masyarakat tradisional yang menjalankan dan mempertahankan tradisinya,” urainya.

BACA JUGA: Subak: Kearifan Lokal yang Jadi Topik Pembicaraan pada World Water Forum

Ia menyebutkan Indonesia memiliki potensi wisata pada daya tarik alam (bahari, ekowisata, petualangan) sebanyak 35%, wisata budaya 60%, dan wisata buatan manusia (MICE dan even, olah raga, kawasan terintegrasi) 5%.

Diungkapkannya, berdasarkan data statistik BPS, ada jumlah desa sebanyak 8000-an dan kota sekira 100-an.

Menurut Roby, pembangunan hendaknya dimulai dari desa, sebab jika dari kota akan menyebabkan urbanisasi. Hal ini lantaran desa sebagai destinasi pariwisata terkecil. Keberadaan desa wisata kurang lebih sejumlah 4000.

BACA JUGA: Geliat BUMDes di Jawa Barat, Jadi Lokomotif Pertumbuhan Ekonomi Desa

Dengan jumlah tersebut, menurut pandangannya bisa bertambah. Maka akan ada kekhawatiran nantinya siapa yang akan berkunjung.

Sejauh ini, Roby menilai desa belum optimal melibatkan secara aktif wisatawan untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru. Ini terkait dalam kegiatan yang berbasis pada upaya kegiatan pelestarian lingkungan, tradisi kehidupan keseharian sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat.

Roby mendorong kelembagaan yang ada di desa untuk mengelola wisata perdesaan.

Ikuti Kami :
Posted in

BERITA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *