Dampak WFH Tak Signifikan, Kualitas Udara Jakarta Tetap Buruk

Al-Qadri Ramadhan
Awan hitam keabu-abuan tampak di  langit Jakarta saat menjelang petang. Hingga saat ini kualitas udara Jakarta tetap buruk akibat pencemaran. (Foto: Bakti/Quarta.id)
Awan hitam keabu-abuan tampak di langit Jakarta saat menjelang petang. Hingga saat ini kualitas udara Jakarta tetap buruk akibat pencemaran. (Foto: Bakti/Quarta.id)

JAKARTA, Quarta.id– Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-43 di Jakarta selama tiga hari yakni 5-7 September 2023 telah berakhir. Namun, kualitas udara Jakarta tetap buruk seperti beberapa pekan sebelumnya.

Selama KTT ASEAN berlangsung, kendaraan di jalan raya Jakarta berkurang karena pemerintah menerapkan kebijakan pendidikan jarak jauh (PJJ) kepada siswa di lebih dari 1.000 sekolah dan work from home (WFH) bagi 75% aparatur sipil negara (ASN).

Pantauan pada laman resmi IQAir hari ini pukul 10.30 WIB, kualitas udara Indonesia pada Jumat (08/09/2023) dinyatakan “tidak sehat”. Indonesia menduduki peringkat kelima negara dengan udara terburuk.

BACA JUGA: Warning! Hasil Penelitian, Polusi Udara Dapat Memperpendek Usia Harapan Hidup

Kualitas udara di DKI Jakarta tercemar polusi sebesar 160 AQI (indeks kualitas udara). Sedangkan kontaminasi polutan sebesar PM2.5 dengan konsentrasi 72 µg/m³.

“Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini 14.4 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO,” tulis IQAir, dikutip Jumat (08/09/2023).

Saat PJJ dan WFH diterapkan selama empat hari, perbaikan kualitas udara Jakarta juga tidak signifikan. Pada hari pertama pelaksanaan KTT, kualitas udara Jakarta sempat sedikit membaik dengan nilai indeks 138. Lalu pada Rabu (06/09) udara Jakarta kembali memburuk dengan indeks kualitas udara 151.

Pada Kamis (070/9) naik lagi menjadi 155. Hari ini menjelang siang indeks sudah mencapai 160, bahkan pada pagi hari tadi sempat menyentuh 168.

BACA JUGA: Warga Jakarta Banyak Menderita ISPA Akibat Polusi, Ini Saran Dokter Spesialis Paru

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan, dua sumber utama polusi udara di Jakarta adalah asap kendaraan bermotor dan kegiatan industri berbasis batubara.

Udara kotor yang dihirup warga menimbulkan dampak nyata pada kesehatan. Kasus warga Jakarta yang mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat polusi udara melonjak tajam.  Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, penyakit pernapasan (resporatory deseases) di Jakarta naik hingga mencapai 200.000 kasus.

Jumlah kasus penderita ISPA tersebut naik empat kali lipat dibandingkan saat pandemi Covid-19 melanda, yakni sekitar 50.000 kasus.

Ikuti Kami :
Posted in

BERITA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *