Aksi Greenpeace di COP29, Beberkan Pengalaman Buruk Perdagangan Karbon di Indonesia 

Al-Qadri Ramadhan
Aksi mendorong penyelamatan lingkungan oleh Greenpeace (Foto: greenpeace.org)
Aksi mendorong penyelamatan lingkungan oleh Greenpeace (Foto: greenpeace.org)

JAKARTA, Quarta.id–  Perherlatan Conference of the Parties (COP) 29  sedang berlangsung di Baku, Azerbaijan.

Greenpeace Indonesia mendesak pemerintah negara-negara yang berkumpul di COP29 untuk memberikan pendanaan langsung ke masyarakat adat atau komunitas lokal yang melakukan kerja nyata dalam melindungi keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup yang kaya akan karbon.

Greenpeace juga mendesak pemerintah Indonesia berhenti mempromosikan dan melanjutkan skema perdagangan karbon yang memungkinkan para pencemar lingkungan terus membawa Bumi ke arah krisis iklim yang lebih brutal.

BACA JUGA: Penumpang Digratiskan Isi Air Minum di Stasiun, Komitmen KAI Terapkan Green Commuter

Sudah saatnya para pencemar membayar dampak dari kerusakan-kerusakan yang mereka timbulkan, atau yang Greenpeace serukan dengan #PollutersPay.

Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Iqbal Damanik yang datang langsung ke Azerbaijan mengatakan, cara tercepat dan yang paling bisa diandalkan untuk mengurangi karbon dari atmosfer adalah dengan melindungi dan memulihkan hutan-hutan primer.

BACA JUGA: Program Green Action: Cara PT PLN Ajak Karyawan Lebih Ramah Lingkungan

“Masyarakat adat dan komunitas lokal adalah orang-orang yang tepat melakukan ini. Dana untuk mendukung kerja-kerja ini harus berasal dari mereka yang mampu membiayainya, dan langsung disalurkan ke mereka yang membutuhkan,” ujatrnya dikutip di laman greenpeace.org, Kamis (21/11/2024).

Saat negosiasi soal panduan untuk jual-beli karbon sedang berlangsung di pekan kedua COP29, Greenpeace mewanti-wanti bahwa perdagangan karbon adalah solusi palsu.

BACA JUGA: Selayar Green Festival Dorong Anak Muda Lebih Peduli Lingkungan

Skema perdagangan karbon ini dianggap bisa jadi celah untuk para pencemar melakukan ragam modus operandi, termasuk memakai jasa akuntan keuangan, untuk lari dari tanggung jawab dan akhirnya membahayakan iklim serta keanekaragaman hayati. 

Menurut Greenpeace, studi terbaru  menemukan bahwa dari 2.346 proyek dagang karbon di dunia, ternyata hanya 16% yang mencapai pengurangan emisi.

BACA JUGA: Mengenal PLTMH, Alternatif Energi Listrik Ramah Lingkungan untuk Daerah Pelosok

Ini juga alasan yang sama bagi Greenpeace untuk khawatir dengan solusi carbon capture & storage (CCS) dan bioenergi yang diusulkan oleh Hashim Djojohadikusumo, adik Presiden Prabowo Subianto. Belakangan Hashim ditunjuk sebagai Utusan Khusus Presiden RI bidang Iklim dan Energi sekaligus menjadi Ketua Delegasi Indonesia di agenda COP29.

Premis dasar perdagangan karbon itu sendiri disebut sudah sesat. Tidak lebih skema curang para pencemar lingkungan yang seharusnya segera menghentikan emisi, bukan mencari solusi palsu seperti perdagangan karbon.

Ikuti Kami :
Posted in

BERITA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *