Jakarta, Quarta.id- Melalui laman wikipedia.org, Country Marketing Manager JobStreet by Seek untuk Indonesia, Sawitri Hertoto, menyebut, saat ini terdapat lebih dari 3.500 lowongan pekerjaan bidang lingkungan dan hanya 1 persen di antaranya yang menyebutkan adanya kebutuhan pekerjaan untuk industri berkelanjutan.
“Realitas ini mengindikasikan bahwa green jobs sudah berkembang, tetapi belum diimbangi dengan permintaan green skills secara khusus. Di Indonesia, tren green skills dan green jobs berjalan mirip dengan tren global,” lanjut Sawitri.
Dirinya menambahkan, Dengan meningkatnya kesadaran tentang perubahan iklim, degradasi lingkungan, dan ekonomi berkelanjutan, perusahaan-perusahaan membutuhkan karyawan yang memiliki pemahaman tentang praktik industri berkelanjutan.
BACA JUGA: Anak Muda Ingin Indonesia Lebih Demokratis
International Labour Organization (ILO) mendefinisikan green jobs sebagai pekerjaan yang layak, dan berkontribusi terhadap kelestarian dan karena green jobs merupakan hasil dari praktik ekonomi hijau ( green economy ) maka pekerjaan ini juga harus inklusif secara sosial.
Sementara itu, Institute for Essential Services Reform (IESR) mendefinisikan pekerjaan hijau atau green jobs sebagai mata pencarian atau profesi yang mendukung pelestarian lingkungan.
Bentuknya dapat berupa meminimalisasi sampah dan polusi, melestarikan ekosistem, mendukung proses adaptasi terhadap perubahan iklim, serta mendorong efisiensi bahan baku, energi terbarukan dan pembatasan emisi gas rumah kaca.
BACA JUGA: Selayar Green Festival Dorong Anak Muda Lebih Peduli Lingkungan
Pada sebuah forum yang digelar oleh IESR, Peneliti Universitas Leeds Inggris Desi Ayu Pirmasari, menyebut, green jobs memiliki pengertian yang luas.
“Green jobs ini sangat luas spektrumnya, tidak terbatas pada spesifik sektor seperti energi saja. Contohnya, saat PNS membuat tata kota yang lebih hijau, staff procurement yang dalam pengadaan barang mempertimbangkan jejak karbon,” ucap Desi melalui laman iesr.or.id.
“Pengacara pun bisa menjadi green jobs bila ia membantu orang lain untuk menghirup udara segar dan memperjuangkan perubahan iklim.” Lanjut Desi.
BACA JUGA: Forum Bali Ocean Days, Bahas Ekonomi Biru dan Isu Pembangunan Berkelanjutan
Data yang diolah IESR dan dipublikasikan pada laman resmi mereka (1/52020) menyebutkan jumlah potensi serapan profesi hijau di bidang energi terbarukan pada 2030 diperkirakan mencapai 1,72 juta tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja ini berdasarkan penambahan kapasitas energi terbarukan sebear 69.652 megawatt.
Coaction Indonesia (organisasi yang mendorong terjadinya transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan) memprediksi green jobs akan booming di masa mendatang.
Peneliti Coaction Indonesia, Siti Koiromah menyebutkan beberapa faktor yang menjadikan green jobs jadi opportunity untuk milenial dan gen z, diantaranya kesadaran masyarakat yang terus meningkat terkait isu lingkungan terutama pada anak muda, kemudian, green jobs sendiri yang bisa diaplikasikan pada semua sektor dan dorongan global terkait green economy.
“Di sektor energi, green jobs akan semakin booming. Jumlah tenaga kerja yang berkaitan dengan fosil akan menurun. Sebab, banyak perusahaan akan beralih ke energi terbarukan. Maka, pada 2050 nanti, diperkirakan akan ada lebih dari 1 juta green jobs yang tercipta dari sektor energi,” kata Koiromah pada laman coaction.id.
“Dan, itu merupakan pekerjaan langsung. Belum lagi pekerjaan tidak langsung dan pekerjaan terinduksi yang tergenerate,” tutup Koiromah.