SELAYAR, Quarta.id- Taman Nasional Taka Bonerate di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, baru saja berulang tahun yang ke-32 pada 26 Februari 2024 lalu. Taman Nasinal Taka Bonerate adalah salah satu taman nasional diantara 54 taman nasional di seluruh Indonesia.
Taman Nasional Taka Bonerate menjadi salah satu kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.
Sejarah Taman Nasional Taka Bonerate
Dikutip dari laman tntakabonerate.com, sebelum berstatus sebagai taman nasional, sebelumnya Kawasan Taka Bonerate adalah cagar alam berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 100/Kpts-II/1989.
BACA JUGA: Yuk, Nikmati Keindahan Karang Atol Terbesar Ketiga di Dunia Pada Festival Takabonerate 2023
Baru pada tahun 1992 ditunjuk menjadi Taman Nasional berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 280/KPTS-II/1992, tanggal 26 Februari 1992.
9 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2001, barulah ditetapkan dengan SK Menteri Kehutanan No. 92/KPTS-II/2001, tanggal 15 Maret 2001 dengan luas kawasan 530.765 ha.
Saat ini Taman Nasional Taka Bonerate dikelola oleh Balai Taman Nasional dengan tugas pokok melakukan penyelenggaraan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dan pengelolaan kawasan taman nasional berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Surganya Wisata Bahari Indonesia
Sebagai salah satu destinasi wisata, Taman Nasional Takabonerate merupakan taman laut yang memiliki karang atol terbesar ketiga di dunia setelah Kwajifein di Kepulauan Marshal dan Suvadiva di Kepulauan Maldives.
BACA JUGA: Menyusuri Eksotisme Pantai Pinang di Kepulauan Selayar
Luas atol tersebut sekitar 220.000 hektar dengan terumbu karang yang tersebar datar seluas 500 kilometer persegi (laman pariwisata.kepulauanselayarkab.go.id)
Di Taka Bonerate, ada 261 jenis terumbu karang yang telah teridentifikasi dari 17 famili. Terumbu karang yang sudah teridentifikasi di antaranya Pocillopora eydouxi, Montipora danae, Acropora palifera, Porites cylindrica, Pavona clavus dan Fungia concinna.
Ikan hias dan berbagai hewan laut yang mengelilingi terumbu karang tersebut, tidak salah jika Taka Bonerate kerap disebut sebagai surga alam bawah laut.
BACA JUGA: Dorong Akselerasi Sektor Pariwisata, Kemitraan Pemda dan Maskapai Dinilai Jadi Salah Satu Solusi
Sebagian besar jenis karang di Taka Bonerate telah membentuk terumbu karang atol (barrier reef) dan terumbu tepi (fringing reef),.
“Hampir seluruh karakter spot ada di Taka Bonerate, ada wall, slope dan pinnacle, belum lagi biotanya yang sangat bervariasi. (Para divers) rugi kalo belum ke Taka Bonerate,” ucap Patta Saleh, salah satu dive quide profesional di Kepulauan Selayar kepada Quarta.id, Rabu (28/2/2024).
Taman Nasional Taka Bonerate menjadi salah satu primadona penikmat wisata selam (dive), tidak saja oleh wisatawan domestik tetapi juga mancanegara.
“Taka Bonerate tidak ragu saya beri label surga alam bawah laut Indonesia. Spot dive disana jadi salah satu yang terbaik dari beberapa yang telah saya jajal sebagai pegiat diving” ucap Novi Tri Kusumaningrum, pegiat selam asal Bandung yang dihubungi Quarta.id, Rabu (28/2/2024).
BACA JUGA: Pemerintah Daerah Didorong Manfaatkan Event Tahunan Sail to Indonesia
Objek wisata andalan Kepulauan Selayar ini terdapat di Kecamatan Takabonerate dan dapat ditempuh dengan perjalanan selama delapan jam menggunakan kapal laut dari Kota Benteng, ibukota Kepulauan Selayar.
Taka Bonerate Sebagai Salah Satu Cagar Biosfer Dunia
Melalui sidang International Coordinating Council (ICC) Man and the Biosphere (MAB) United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) ke-27 di kantor Pusat UNESCO, Paris, Prancis pada 8-13 Juni 2015 lalu, Taka Bonerate ditetapkan sebagai salah satu Cagar Biosfer Dunia.
Dipromotori oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai Ketua Komite Nasional MAB Program UNESCO Indonesia, sidang itu juga menetapkan Bromo Tengger Semeru-Arjuna, Provinsi Jawa Timur dengan status yang sama.
“Dengan pengukuhan ini, Indonesia kini memiliki 10 cagar biosfer yang menjadi bagian dari World Network of Biosphere Reserves,” kata Deputi Bidang Pengetahuan Hayati LIPI, Prof Dr Enny Sudarmonowati dalam siaran pers di Jakarta, kala itu dikutip dari laman pariwisata.kepulauanselayarkab.go.id.
Menurut Eni, penetapan cagar biosfer ditujukan untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan berdasarkan pada upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan yang handal.
BACA JUGA: Napak Tilas Peradaban Kepulauan Selayar pada Ajang Muhibah Budaya Jalur Rempah 2023
Oleh UNESCO Cagar Biosfer menggambarkan keselarasan hubungan antara pembangunan ekonomi, pemberdayaan masyarakat, dan perlindungan lingkungan melalui kemitraan antara manusia dan alam.
Cagar biosfer merupakan kawasan yang ideal untuk menguji dan mendemonstrasikan pendekatan-pendekatan yang mengarah kepada pembangunan berkelanjutan pada tingkat regional.