Kolaborasi ITB, UI dan Universitas Hasanuddin Edukasi Anak Muda di Kepulauan Selayar Jadi Pribadi Melek Bencana

Arif Kunu
Perwakilan Tim Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI0 dan Unhas melakukan edukasi terkait gempabumi dan tsunmai di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. (Foto: Istimewa)
Perwakilan Tim Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI0 dan Unhas melakukan edukasi terkait gempabumi dan tsunmai di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. (Foto: Istimewa)

SELAYAR, Quarta.id- Perwakilan tim Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Hasanuddin, menyambangi Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan dalam rangka sosialisasi kebencanaan, terutama terkait gempabumi dan tsunami.

Tim yang terdiri dari puluhan dosen dan mahasiswa ini, berada di Kepulauan Selayar dari 3 hingga 6 September 2024. Beberapa agenda yang dilaksanakan diantaranya sosialisasi pada Sekolah Dasar (SD) dan TK di Kota Benteng, sekaligus memperkanalkan buku “Anak Selayar Siaga Gempa”.

BACA JUGA: BMKG Goes to School: Bangun Kesadaran Bencana Berbasis Sekolah

Sementara itu pada Kamis (5/9/2024), puluhan siswa dari beberapa sekolah (SMP dan SMA) di Kepulauan Selayar memperoleh pemaparan terkait gempabumi dan tsunami pada event dialog bertemakan “Gempabumi dan Tsunami Mengintai, Kita Bisa Apa?”

“Secara umum sebenarnya kita ingin menyampaikan bahwa Selayar itu memiliki potensi dilanda gempa dan tsunami, sebagaimana gempa yang telah melanda Selayar beberapa kali pada beberapa titik di daerah ini (Kepulauan Selayar),” ucap Gabriella Alodia , Ph.D., selaku Dosen TeknIk Geodesi dan Geomatika ITB.

Menurut Gaby, sapaan akrab Gabriella Alodia, selain pemahaman umum tentang kebencanaan, yang dibutuhkan masyarakat terutama anak muda adalah pemahaman mitigasi.

BACA JUGA: Dua Kali Warga Kepulauan Selayar Rasakan Gempa Hari Ini, Gempa Kedua Sempat Buat Panik

“Gempabumi kita tidak pernah tahu kapan persis akan datang, tetapi kita bisa melakukan banyak hal untuk meminimalkan risiko dari kejadian gempabumi dan tsunami,” ucapnya didepan peserta dialog, Kamis (5/9/2024) di Benteng.

Anak muda sendiri menurut Gabriella Alodia, harus dilihat sebagai objek dan subjek dalam upaya mitigasi.

“Selain karena berpeluang menjadi korban pada insiden kebencanaan, di masa depan mereka juga akan menjadi penentu kebijakan sehingga dapat menerjemahkan pemahaman tentang kebencanaan pada kebijakan dan perilaku secara personal di keluarga dan lingkungan,” tambah Gaby.

BACA JUGA: ITB dan Komunitas Lingkungan di Kepulauan Selayar Gelar Ecobrick Fest

Kandidat Doktor Perencanaan Wilayah dan Kota pada Institit Teknologi Bandung, Diva Kusumadewi MT, dalam kesempatan yang sama memberi penjelasan terkait aspek sosial dari bencana gempabumi dan tsunami.

“Bencana gempabumi dan tsunami harus dilihat dalam perspektif sosial, semisal dampak psikologis dan ekalsasi sosial yang ditimbulkan,” ucap Difa.

Dirinya mencontohkan keberadaan kalangan disabilitas yang saat terjadi bencana, juga membutuhkan penanganan khusus.

BACA JUGA: Zona Anak BMKG: Perkenalkan Gempa Bumi dan Ilmu Cuaca Sejak Dini

“Jadi begitu banyak hal secara sosial dan kebijakan yang perlu didorong agar bencana dapat kita lalui tanpa kerugian secara materil dan sosial yang signifikan,” lanjut Difa.

Dengan letak Kepulauan Selayar yang berdekatan dengan beberapa zona sumber gempa bumi yaitu Sesar Selayar Timur dan Barat, serta Patahan Busur Belakang Flores di Selatan Kepulauan Selayar, oleh BMKG disebut memiliki potensi bencana gempabumi serta tsunami yang bisa terjadi kapan saja.

Ikuti Kami :

BERITA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *