JAKARTA, Quarta.id– Insiden pilot dan kopilot tertidur selama 28 menit di waktu bersamaan saat menerbangkan pesawat Batik Air dari Kendari menuju Jakarta menghebohkan publik.
Insiden Batik Air dengan nomor penerbangan ID6723 tersebut terjadi pada 25 Januari 2024 dan sedang dalam penyelidikan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Pesawat jenis Airbus A320 yang diterbangkan kapten pilot dan kopilot tersebut membawa 153 penumpang dan empat pramugari.
BACA JUGA: Pilot dan Kopilot Batik Air Tertidur 28 Menit Saat Pesawat Mengudara dari Kendari ke Jakarta
Beruntung tidak terjadi kecelakaan fatal pada penerbangan berdurasi dua jam 35 menit tersebut. Pesawat berhasil mendarat dengan selamat meskipun sempat melenceng dari jalur saat pilot dan kopilot tertidur.
Apa penyebab insiden berisiko tinggi di kokpit itu bisa terjadi?
Pengamat penerbangan Alvin Lie mengatakan, setelah membaca Laporan Pendahuluan Penyelidikan KNKT, dia berpendapat bahwa insiden di kokpit Batik Air tersebut dipicu oleh fatigue mental.
BACA JUGA: 10 Tahun Tragedi MH370, Malaysia Kembali Akan Lanjutkan Pencarian
“Memang alokasi waktu istirahat bagi pilot sudah memadai dan memenuhi standar regulasi. Tapi kualitas istirahatnya tidak baik, sehingga tidak menghasilkan kebugaran fisik maupun mental sebagaimana mestinya, ujarnya melalui akun X/Twitter, Sabtu (9/3/2024).
Menurutnya, shift kerja tengah malam atau dini hari berdampak pada terganggunya metabolisme tubuh pilot.
“Semoga ini insiden bukan hanya pucuk gunung es,” ujarnya berharap.
Untuk mencegah terulangnya insiden serupa, kata dia, perlu kajian lebih lanjut tentang pola shift dan pemantauan kualitas istirahat awak pesawat, baik pilot maupun awak kabin.
BACA JUGA: Maskapai ini Buka Penerbangan Langsung dari Jakarta, Yuk, Jelajahi Eksotisme Pulau Ternate!
Selain itu, dia menyarankan agar maskapai dan regulator agar secara sistematik lakukan pemantauan kebugaran kejiwaan awak pesawat.
“Medical check tidak hanya aspek fisik tapi juga aspek psikiatri,” katanya menyarankan.
Dia menambahkan, juga perlu perbaikan sistem interaksi antara awak kabin dengan pilot, terutama dalam penerbangan tengah malam atau dini hari.
Jadwal kunjungan awak kabin ke kokpit perlu ditingkatkan.
“Pada penerbangan normal setiap 30 menit. Untuk penerbangan tengah malam mungkin dapat dipercepat jadi setiap 15 menit,” tandasnya.
BACA JUGA: Dorong Akselerasi Sektor Pariwisata, Kemitraan Pemda dan Maskapai Dinilai Jadi Salah Satu Solusi
Pilot dan kopilot Batik Air, menurut laporan awal KNKT, tertidur sekitar setengah jam setelah pesawat lepas landas. dari bandara di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Saat pesawat sudah mengudara, kapten pilot meminta izin kepada wakilnya untuk beristirahat sejenak, dan permintaan tersebut dikabulkan.
Dilaporkan, kopilot kemudian mengambil alih komando pesawat, namun secara tidak sengaja juga tertidur.
“Kopilot memiliki bayi kembar berumur satu bulan. Istrinya merawat bayi-bayi itu dan dia membantu selama di rumah,” kata laporan itu.
BACA JUGA: Tiket Mulai Dijual, Ini Rute dan Jadwal Keberangkatan 24 Kereta Tambahan Lebaran 2024
Beberapa menit setelah transmisi terakhir yang tercatat oleh kopilot, pusat kendali wilayah di Jakarta mencoba menghubungi pesawat tersebut namun tidak ada jawaban.
Berselang 28 menit kemudian setelah transmisi terakhir terekam, pilot terbangun dan menyadari kopilotnya tertidur dan pesawat tidak berada pada jalur penerbangan yang benar.
Dia segera membangunkan rekannya, menjawab panggilan dari Jakarta dan memperbaiki jalur penerbangan, lanjut laporan itu.