JAKARTA, Quarta.id- Perempuan di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, 10 kali lebih berpeluang mengalami obesitas dibandingkan laki-laki.
Fakta ini merujuk pada analisis yang diterbitkan dalam jurnal Clinical Endocrinology & Metabolism dan ditulis pada laman endocrine.org tahun 2023 lalu.
Endocrine.org menghimpun ilmuwan di dunia yang mengabdi pada penelitian hormon dan dokter yang merawat orang-orang dengan kondisi terkait hormon.
BACA JUGA: Hari Gizi Nasional dan Ancaman Obesitas pada Anak Indonesia
Perhimpunan ini memiliki lebih dari 18.000 anggota, terdiri dari ilmuwan, dokter, pendidik, perawat, dan pelajar di 122 negara
Analisis ilmiah perhimpunan ini menyebut obesitas sebagai suatu penyakit kronis yang ditandai dengan seseorang yang memiliki kelebihan lemak tubuh atau penumpukan lemak yang tidak normal.
Orang yang mengalami obesitas mempunyai peningkatan risiko penyakit dan kondisi kesehatan serius lainnya, seperti masalah kesehatan jantung.
BACA JUGA: Hati-hati Bunda, Ini Penyebab Makin Banyak Anak Terkena Diabetes!
Obesitas disebut membunuh setidaknya 2,8 juta orang per tahun, namun masyarakat masih belum mengenalinya sebagai penyakit, dan obat-obatan anti-obesitas masih kurang diresepkan dan sulit diakses.
Obesitas dapat dicegah, namun menurut Organisasi Kesehatan Dunia, penyakit ini meningkat hampir tiga kali lipat sejak tahun 1975 . Pada tahun 2016, 52% orang dewasa dan lebih dari 340 juta anak-anak dan remaja dianggap mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
“Temuan kami penting karena menyerukan tindakan segera yang menargetkan kesadaran, pencegahan, pengobatan, dan pengendalian obesitas pada perempuan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah,” kata penulis studi, Thaís Rocha dari University of Birmingham di Birmingham, Inggris.
BACA JUGA: Sedang Program Diet, Ini Manfaat Daun Genjer yang Bantu Turunkan Berat Badan
Para peneliti memasukkan 3.916.276 orang dalam meta-analisis dan menemukan bahwa obesitas tidak terjadi secara merata pada perempuan dan laki-laki di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
“Perempuan 2-3 kali lebih mungkin terkena dampaknya dibandingkan laki-laki,” sebut penelitian yang didanai oleh Wellcome Trust dan NIHR Birmingham Biomedical Research Centre ini.
Mereka menemukan perbedaan terbesar dalam risiko obesitas antara perempuan dan laki-laki terjadi di wilayah Sub-Sahara, di mana perempuan 10 kali lebih mungkin mengalami obesitas dibandingkan laki-laki.
Saran Ahli untuk Atasi Obesitas pada Perempuan secara Global
Peneliti lain, Shakila Thangaratinam yang juga dari University of Birmingham ini menyarankan perlunya menerapkan langkah-langkah yang berpusat pada perempuan untuk mengatasi faktor-faktor sosial, budaya dan perilaku yang mendasarinya untuk meningkatkan kesehatan metabolisme mereka dalam jangka panjang.
Peneliatian ini juga mengungkapkan beberapa faktor yang berkontribusi terhadap tingginya tingkat obesitas pada wanita termasuk pertambahan berat badan selama kehamilan dan menopause.
“Keyakinan bahwa tipe tubuh yang lebih besar menunjukkan status sosial ekonomi yang tinggi, dan obesitas terkait kesuburan pada wanita sebagai tanda “kekayaan dan kesehatan”, ungkapnya.
BACA JUGA: Digemari Sophia Latjuba Hingga Nagita Slavina, Ini Sederet Manfaat Daun Kelor Untuk Kesehatan
“Risiko obesitas tampaknya berhubungan secara positif dan signifikan dengan kekurangan masa kanak-kanak pada perempuan, namun tidak pada laki-laki,” tambah Shakila.
Perempuan juga lebih mungkin terpengaruh dibandingkan laki-laki oleh faktor-faktor lain yang menyebabkan mereka mengalami obesitas, seperti kebiasaan makan yang buruk, gaya hidup yang kurang gerak, dan faktor ekonomi.