Home SPORT

Nestapa Eliud Kipchoge, Legenda Maraton yang Diantar Mobil ke Garis Finis

Bakti M. Munir
Legenda maraton Eliud Kipchoge dan mobil yang mengantarnya ke garis finis akibat cedera saat berlomba di Olimpiade Paris 2024. (Foto: Twitter/Getty Images)
Legenda maraton Eliud Kipchoge dan mobil yang mengantarnya ke garis finis akibat cedera saat berlomba di Olimpiade Paris 2024. (Foto: Twitter/Getty Images)

PARIS, Quarta.id- Eliud Kipchoge gagal meraih medali emas lomba lari maraton Olimpiade Paris 2024. Padahal, jika saja berhasil, pelari berkebangsaan Kenya ini akan tercatat sebagai atlet pertama yang meraih emas olimpiade tiga kali berturut-turut.

Sebuah hasil yang tentu saja akan semakin mengokohkan namanya sebagai raja sekaligus legenda maraton dunia.

BACA JUGA: Indonesia Peringkat ke-39 Olimpiade Paris 2024, Filipina Masih Terbaik di ASEAN

Jelang start pada hari perlombaan, Sabtu (10/8/2024), semua tampak normal. Kipchoge juga percaya diri menjalani race ini karena cukup lama ia mempersiapkan latihannya.

Namun, hal yang sulit dibayangkan terjadi. Pelari berusia 39 tahun itu harus mengalami hal yang paling ditakutkan semua pelari maraton, yakni DNF atau gagal finis. 

Sakit di pinggang memaksanya untuk mengundurkan diri dari arena. Kipchoge mengalami cedera justru di sebuah perlombaan yang sangat prestisius dan dia adalah juara bertahan pada dua olimpiade sebelumnya.

BACA JUGA: Panjat Tebing Cabang Olahraga Kedua Setelah Bulutangkis yang Sumbangkan Emas untuk Indonesia di Olimpiade

Lebih menyakitkan lagi, peritiwa di Paris tersebut merupakan DNF pertama dalam karier maratonnya.

Kipchoge memutuskan berhenti berlari pada Km 31 dan keluar jalur karena nyeri yang semakin kuat menyerang pinggangnya.

Pada saat itu, dia menyerahkan sepatu dan kaus kakinya kepada dua pendukungnya yang beruntung sebelum menghilang ke dalam kendaraan yang mengantarnya ke garis finis.

BACA JUGA: Gagal ke Final, Gregoria Sukses Raih Perunggu Tanpa Bertanding

Setelah lomba, Kipchoge yang tampak emosional mengungkapkan isi hatinya.

“Ini adalah masa yang sulit bagi saya. Ini adalah maraton terburuk saya. Saya tidak pernah melakukan DNF (tidak finis). Itulah hidup.

“Seperti petinju, saya pernah terjatuh, saya pernah menang, saya pernah berada di posisi kedua, kedelapan, kesepuluh, kelima – sekarang saya tidak finis. Itulah hidup,” ujarnya dikutip di laman metro.co.uk.

Tentang masa depannya pascakejadian tragis di Paris, dia mengaku butuh waktu untuk tenang dan belum bisa memutuskan.

BACA JUGA: Petinju Wanita Italia Menangis Tak Kuat Lawan Transgender, Komite Olimpiade Dikecam

“Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Saya harus kembali (ke rumah), duduk, dan mencoba mencari tahu 21 tahun pengalaman saya berlari di level tinggi. Saya perlu berkembang dan tampil dalam hal-hal lain,” ujarnya.

Emas untuk Tamirat Tola

Pelari Ethiopia Tamirat Tola akhirnya yang memenangkan medali emas Olimpiade Paris. Ia meraih medali emas serta mencetak rekor Olimpiade baru di lintasan Paris yang menantang dengan waktu 2:06:26.

BACA JUGA: Gaya Swag Atlet Menembak Turki, Tak Pakai Pelindung Mata dan Telinga tapi Raih Perak Olimpiade

Bashir Abdi dari Belgia meraih perak dengan catatan waktu 2:06.47, sedangkan perunggu diraih oleh Benson Kipruto dari Kenya dengan catatan waktu 2:07.00.

Tola, peraih medali perunggu pada nomor lari 10.000m di Olimpiade Rio 2016, mengatakan sangat senang karena  telah mencapai tujuannya. 

“Saya mempersiapkan diri dengan baik. Saya berlatih keras agar bisa menang. Dalam hidup saya, ini adalah pencapaian luar biasa saya,” ujarnya.

Ikuti Kami :
Posted in

BERITA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *