JAKARTA, Quarta.id – Kasus warga Jakarta yang mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat polusi udara melonjak tajam. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, penyakit pernapasan (resporatory deseases) di Jakarta naik hingga mencapai 200.000 kasus.
Jumlah kasus penderita ISPA tersebut naik empat kali lipat dibandingkan saat pandemi Covid-19 melanda, yakni sekitar 50.000 kasus.
Ahli penyakit paru Tjandra Yoga Aditama tidak menampik meningkatnya kasus gangguan pernapasan di Jakarta adalah akibat kualitas udara yang memburuk. Dia berharap polusi udara di Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek) bisa segera diatasi.
BACA JUGA: Hati-hati Bunda, Ini Penyebab Makin Banyak Anak Terkena Diabetes!
Menurutnya, jika polusi udara ini terus berkerpanjangan, akan ada risiko pada kesehatan masyarakat. Selain bisa memicu lonjakan penderita gangguan pernapasan, hal buruk juga bisa dialami masyarakat yang selama ini menderita sakit paru-paru kronik.
“Mereka yang mengalami sakit paru-paru kronik juga akan sering kambuh,” ujar Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) ini kepada Quarta.id, Selasa (29/08/2023).
Bahkan, bisa saja muncul penyakit kronik lain akibat warga terlalu banyak menghirup udara kotor dalam waktu berkepanjangan. “Namun, apakah akan memunculkan penyakit kronik lain, itu perlu penelitian lebih lanjut,” ujar mantan Direktur WHO Asia Tenggara ini.
Tjandra juga mengimbau masyarakat memberi prioritas tinggi pada kesehatannya di tengah udara Jabodetabek yang sedang buruk. Sejumlah langkah bisa dilakukan, antara lain meminimalkan aktivitas di luar rumah, kecuali jika terpaksa.
Selain itu, menurut Tjandra, masyarakat sebaiknya mengenakan masker ketika sedang berada di luar rumah. Meski masker tidak 100% mampu melindungi, namun bisa meminimalkan dampak polusi udara pada pernapasan.
“Jangan lupa juga memakan makanan bergizi, istirahat yang cukup. Bagi yang menderita penyakit paru-paru kronik agar lebih waspada dan berusaha tidak beraktivitas di luar rumah,” tandasnya.